GELORA.CO - Insiden tabrakan kapal selam nuklir Amerika Serikat (AS), USS Connecticut, dengan objek misterius di Laut China Selatan memicu kekhawatiran terhadap ancaman kebocoran radiasi.
Hal itu disuarakan oleh sejumlah pengamat kepada surat kabar pemerintah China, Global Times, Kamis (14/10).
Pada 2 Oktober lalu, Armada Pasifik AS melaporkan USS Connecticut telah menabrak objek yang tidak diketahui ketika beroperasi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik. Akibatnya, 11 awak mengalami luka ringan hingga sedang.
Belakangan diketahui kecelakaan tersebut terjadi di Laut China Selatan, meski militer AS tidak menyebutkan lokasinya secara jelas.
Berdasarkan data satelit, Direktur Penyelidikan Situasi Strategis Laut China Selatan (SCSPI) Hu Bo memperkirakan kapal selam itu kemungkinan mengalami kecelakaan di segitiga Saluran Hainan-Paracel-Bashi.
"Ini adalah area aktivitas milliter AS di Laut China Selatan," kata Hu, seperti dikutip Sputnik.
Perkiraan itu diperkuat dengan kemunculan sekelompok kapal induk AS yang dipimpin USS Carl Vinson yang melewati Selat Bashi dua hari setelah kejadian, yaitu 4 Oktober pagi hari.
Menurut prosedur standar, kapal selam AS akan mengintai di depan kapal induk pada jarak antara 300-500 km untuk membantu memastikan keselamatan mereka.
“Jika kapal selam itu adalah bagian dari kelompok kapal induk, maka itu pasti dalam segitiga yang kami tunjukkan," jelas Hu.
Selain itu, merujuk pada strategi Angkatan Laut AS ketika melawan Uni Soviet selama Perang Dingin, kapal selam AS biasanya ditempatkan di dekat pelabuhan tempat kapal selam nuklir musuh ditempatkan.
Dalam hal ini, USS Connecticut, menurut China, telah melanggar sembilan garis putus-putus yang diklaim Beijing di Laut China Selatan jika kecelakaan terjadi di segitiga yang dimaksud.
Lebih lanjut, ahli strategi militer China Du Wenlong dalam laporan Global Times yang sama menyoroti kekhawatiran kemungkinan kebocoran radiasi pada reaktor nuklir USS Connecticut.
Ia menilai, jika terjadi kebocoran, maka radiasi akan menjadi bencana bagi seluruh planet.
“Uranium yang sangat diperkaya digunakan dalam reaktor kapal selam nuklir berbeda dengan uranium yang diperkaya tingkat industri yang digunakan di pembangkit listrik tenaga nuklir. Jika kapal selam nuklir dengan bobot lebih dari 9.000 ton mengalami kebocoran nuklir di bawah air, konsekuensinya akan sangat serius,” imbau Du.
Bukan hanya meracuni lingkungan setempat dan mencemari air, hewan laut, dan kehidupan tumbuhan, Du mengatakan, radiasi juga dapat menyebar ke seluruh lautan oleh arus laut, yang mengakibatkan bencana skala global.
Tetapi dalam pernyataannya pekan lalu, Angkatan Laut AS menekankan bahwa pembangkit tenaga nuklir USS Connecticut "tidak terpengaruh" oleh kecelakaan dan tetap beroperasi penuh. [rmol]