GELORA.CO - Presiden Jokowi mengaku kadang-kadang malu ketika sudah membuka pintu investasi, tapi tidak ada respons di dalam negeri, terutama BUMN. Padahal potensi investasi Indonesia sangat besar, mencapai ribuan triliun.
Hal tersebut diungkapkan dalam pertemuan dengan 20 Direktur Utama BUMN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (14/10). Dia meminta para dirut membuka diri, mencari mitra kerja dengan pihak lain.
“Kadang-kadang saya suka malu sudah bukain pintu (investasi) tapi enggak ada respons ke sana. Banyak sebetulnya, tapi kita sendiri tidak pernah merespons. Sudah buka pintu tapi enggak ada respons apa-apa, ya, bagaimana," kata Jokowi dikutip kumparan, Sabtu (16/10).
Salah satu negara yang tawaran investasinya tidak direspons Indonesia adalah India. Padahal, Perdana Menteri Narendra Modi sudah mengirim tim ke Indonesia dan sudah berbicara berkali-kali kepadanya.
“Sampai sudah bertanya dua kali kepada saya. Sudah sampai kirim tim ke sini, masih enggak ada tindak lanjut. Ini ada apa?" katanya.
Menurut dia, dengan tingginya potensi investasi Indonesia, harus direspons juga dengan langkah besar pada petinggi BUMN. Sebagai contoh, ada tanah seluas 4,2 juta hektar di wilayah Merauke yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki infrastruktur nasional, terutama dalam mengantisipasi fenomena perubahan iklim dan ketahanan pangan negara.
“Prediksinya akan terjadi krisis pangan, ya, ini kesempatan kita. Tanah masih luas sekali, masih gede sekali, tapi yang merancang jangan kecil-kecilan,” ucapnya.
Untuk melakukan pembangunan besar-besaran seperti yang disebutkan sebelumnya, Jokowi mengakui Indonesia membutuhkan modal yang sangat besar. Tak hanya itu, operasional pembangunan pun membutuhkan teknologi yang memadai. Alhasil, ia merasa jalan terbaik yang harus ditempuh adalah dengan bekerja sama dengan negara lain.
“Kalau digabung Merauke, Mappi-Bouven Digoel digabung, tidak mungkin BUMN hanya sendirian. Pertama, memerlukan modal sangat besar, kedua memerlukan teknologi yang kita belum punya kemampuan ke sana. Sehingga sekali lagi, cari partner,” lanjut Jokowi.
Jokowi melihat Indonesia harus segera melakukan kiat-kiat untuk menjaga ketahanan pangan dan kesehatan. Di hadapan puluhan Dirut BUMN, dirinya juga sempat menyampaikan soal potensi pembangunan food estate dan pembangunan infrastruktur kesehatan.
Dia juga meminta para Dirut BUMN bisa membuat perhitungan yang jelas terhadap nilai proyek yang akan dan sedang dikerjakan. Jangan, pikirannya hanya berorientasi pada proyek, tapi tidak dikalkulasikan dengan benar mulai dari modal hingga keuntungannya. Apalagi dana ini menggunakan APBN.
“Itu baru satu lokasi, belum lokasi-lokasi lain, banyak sekali yang memungkinkan kita untuk buat food estate atau apa pun itu. Tapi, ya, jangan orientasinya proyek. Dihitung, dikalkulasi," terangnya. [kumparan]