GELORA.CO - Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyodorkan hitungan soal investasi yang dibutuhkan jika Indonesia ingin memiliki industri kendaraan listrik. Kesiapan dana yang dibutuhkan, menurutnya mencapai USD 35 miliar atau sekitar Rp 500 triliun.
Luhut menjelaskan, dana sebesar itu dibutuhkan untuk investasi pengembangan industri baterai lithium dan kendaraan listrik dalam waktu 5 hingga 10 tahun ke depan.
"Menurut hitungan kami, dengan semua sistem yang kita bangun itu akan berjumlah kira-kira 35 miliar dolar AS untuk komitmen investasi yang juga sudah didapatkan Indonesia," kata Luhut dalam Peluncuran Ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Indonesia, Senin (26/10).
Dikatakannya, investasi tersebut akan menempatkan Indonesia dalam posisi kunci dalam mata rantai suplai kendaraan listrik global.
Ekosistem yang dimaksud Luhut, mulai dari kendaraan listrik hingga industri komponen pendukungnya, industri baterai listrik, industri recycling (daur ulang) baterai listrik, jaringan charging station (stasiun pengisian) dan swap battery (penukaran baterai).
"Serta yang tidak kalah penting adalah R&D (research and development) industri secara keseluruhan," ujarnya.
Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa R&D merupakan komponen kunci dalam ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. Khususnya dalam teknologi lithium baterai dan battery management system yang akan memainkan peran kunci dalam pengembangan kendaraan listrik ke depannya.
Untuk mendukung pengembangan R&D di industri tersebut, Luhut mengatakan pemerintah akan mengirimkan setidaknya 400 putra putri terbaik bangsa setiap tahunnya untuk mempelajari sains dan teknologi mulai tahun depan.
"Pemerintah melalui program presidential scholarship akan mengirimkan setidaknya 400 putra putri terbaik setiap tahun untuk mengambil program S1, S2 dan S3 di universitas top dunia dalam bidang sains dan teknologi. Termasuk dalam area chemical engineering, yang penting dalam pengembangan lithium baterai," kata Luhut. [kumparan]