GELORA.CO - Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus mendesak pemerintah membatalkan rencana tes PCR untuk semua moda transportasi.
Menurutnya, rencana tersebut sangat diskriminatif bagi rakyat.
“Pemerintah mesti segera membatalkan rencana syarat tes PCR semua moda transportasi umum,” kata Guspardi dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (29/10/2021).
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga menyinggung soal laporan ICW sejak Oktober 2020-Agustus 2021 bahwa keuntungan bisnis PCR sangat menggiurkan.
Provider atau penyedia jasa layanan pemeriksaan PCR setidaknya meraup keuntungan sekitar Rp 10,46 triliun atau Rp 1 triliun per bulan.
“Kesan timbul di masyarakat, pemerintah lebih pro pada pengusaha PCR ketimbang rakyat. Rakyat jangan dikorbankan dengan kebijakan PCR ini,” tandas Guspardi.
Sebelumnya, pemerintah berencana akan menerapkan tes PCR tidak hanya untuk transportasi udara, namun seluruh moda transportasi.
Hal ini untuk mencegah kenaikan angka kasus Covid-19 terutama jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Secara bertahap penggunaan tes PCR akan juga diterapkan pada transportasi lainnya selama dalam mengantisipasi periode Nataru,” katanya melalui konferensi pers virtual, Senin (25/10/2021).
Luhut kembali menjelaskan alasan kewajiban penggunaan tes PCR bagi calon penumpang transportasi pesawat.
Yakni untuk menyeimbangkan relaksasi yang dilakukan pada aktivitas masyarakat, terutama pada sektor pariwisata.
Meskipun kasus Covid-19 secara nasional saat ini sudah menurun, namun pemerintah belajar dari pengalaman negara lain untuk tetap memperkuat 3T (testing, tracing, treatment) dan 3M.
Hal tersebut dilakukan supaya kasus tidak kembali meningkat, terutama menghadapi periode libur Natal dan Tahun Baru.
“Sebagai perbandingan, selama periode Nataru tahun lalu, meskipun penerbangan ke Bali disyaratkan PCR, mobilitas tetap meningkat dan pada akhirnya mendorong kenaikan kasus, walaupun tanpa varian delta,” katanya.
Luhut mengungkapkan bahwa sekarang ini terjadi mobilitas yang tinggi di Bali. Bahkan, kondisinya sama seperti tahun 2020.
“Dapat kami sampaikan bahwa mobilitas di Bali saat ini sudah sama dengan Nataru tahun lalu, dan akan terus meningkat sampai akhir tahun ini,” ucapnya.[pojoksatu]