Bukan Lagi Konfrontasi, Hubungan AS dan China Memasuki Tahap Bertarung sambil Berdialog

Bukan Lagi Konfrontasi, Hubungan AS dan China Memasuki Tahap Bertarung sambil Berdialog

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sejumlah pengamat di Beijing ikut mengomentari pertemuan yang digelar antara diplomat tinggi China Yang Jiechi dan penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan di Zurich, Swiss pada Rabu (6/10) waktu setempat.

Mereka mengatakan bahwa hampir 10 bulan setelah Biden menjabat, tampaknya AS berencana untuk mengakhiri strateginya yang sembrono dan tidak realistis dalam berurusan dengan China dan Hubungan China-AS akan memasuki kebuntuan strategis yang pragmatis namun dengan kerja sama yang konkrit.

Para ahli juga mencatat bahwa periode berjalan tidak akan mulus karena pemerintahan Biden telah menunjukkan penyesuaian yang tidak nyaman dan tidak bijaksana dalam delapan bulan terakhir. Dunia mengharapkan untuk melihat bagaimana pertemuan antara Yang dan Sullivan akan mendapatkan hubungan yang benar, kata pengamat.

“Seperti yang ditekankan Presiden Xi dalam panggilan telepon, bahwa ‘mendapatkan hubungan (China-AS) yang benar bukanlah pilihan, tetapi sesuatu yang harus kita lakukan dan harus dilakukan dengan baik’," kata Diao Daming, seorang ahli studi AS dan profesor di Renmin University of China di Beijing, kepada Global Times, Rabu (6/10).

Pertemuan antara Yang dan Sullivan akan fokus pada keterlibatan dalam kerja sama, mengelola perbedaan dan melakukan komunikasi mendalam tentang isu-isu utama yang berkaitan dengan hubungan bilateral dan urusan global.

China memegang sikap positif dan bertanggung jawab terhadap hubungan China-AS dan selalu mementingkan stabilitas hubungan bilateral melalui dialog, menurutnya.

Li Haidong, profesor di Institut Hubungan Internasional Universitas Luar Negeri China, mengatakan bahwa pertemuan dua pejabat negara itu akan membawa manfaat untuk kawasan Asia-Pasifik.

“Datang pada saat yang sangat sensitif, pertemuan dua pejabat senior itu menunjukkan bahwa kedua negara bersedia untuk terlibat dalam diskusi yang jujur untuk memastikan stabilitas umum berdasarkan manajemen yang efektif atas perbedaan-perbedaan besar. Ini juga akan bermanfaat bagi kawasan Asia-Pasifik,” katanya.

Serangan strategis AS baru-baru ini terhadap China menunjukkan pemerintahan Biden berencana untuk menghentikan sebagian tembakan. Selain isu-isu mengenai kedaulatan dan integritas teritorial China, ada tanda-tanda yang jelas dalam meredanya ketegangan China-AS, menurut Li.

Ia mencatat bahwa hubungan China-AS akan diubah dari ‘persaingan konfrontasi’ ke tahap ‘persaingan percakapan’, dan 'fighting while talking’ bertarung sambil berdialog akan menjadi hal normal dalam hubungan bilateral kedua negara.

Namun, Li menunjukkan bahwa itu tidak berarti Biden telah mengubah kebijakan China dan logika arogannya tentang ‘persaingan, kerja sama, dan konfrontasi’.

“Jika AS terus menunjukkan sedikit kemauan untuk bekerja sama sambil memaksakan tindakan keras terhadap China, ia tidak akan menemukan orang China yang berterima kasih,” kata Li. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita