GELORA.CO - Meski baru berkuasa, Taliban sudah mengirim pesan peringatan ke Amerika Serikat melalui jurubicara Taliban Zabihullah Mujahid. Taliban seperti mengirim ancaman.
Taliban memberikan peringatan kepada Amerika Serikat (AS) secara khusus, dan negara-negara lain di dunia untuk mengakui pemerintahan mereka di Afghanistan.
Berbicara kepada wartawan selama konferensi pers pada Sabtu (30/10), jurubicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, jika AS dan negara-negara lain tidak mengakui pemerintahan mereka, maka akan ada masalah bukan hanya bagi Afghanistan, tapi juga bagi dunia.
“Pesan kami kepada Amerika adalah jika tidak diakui terus, masalah Afghanistan berlanjut. Itu adalah masalah kawasan dan bisa berubah menjadi masalah bagi dunia,” jelasnya, seperti dikutip Reuters.
Mujahid juga menggarisbawahi, alasan Taliban dan AS berperang terakhir kali lantaran keduanya tidak memiliki hubungan diplomatik formal.
“Isu-isu yang menyebabkan perang itu, bisa diselesaikan melalui negosiasi, bisa juga diselesaikan melalui kompromi politik,” tambahnya.
AS sendiri menginvasi Afghanistan pada tahun 2001, setelah serangan 11 September 2001. Ketika itu, pemerintahan Taliban menolak menyerahkan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden.
Lebih lanjut, Mujahid menekankan, pengakuan oleh dunia merupakan hak rakyat Afghanistan.
Sejak Taliban mengambil alih negara pada Agustus, tidak ada negara yang secara resmi mengakui pemerintahannya.
Tidak ada pengakuan itu juga berdampak dengan aset dan dana Afghanistan di luar negeri yang akhirnya dibekukan.
Situasi ekonomi dan kemanusiaan di Afghanistan juga semakin parah dengan adanya ketentuan ini.
Meskipun tidak ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban, para pejabat senior dari sejumlah negara telah bertemu dengan para pemimpin gerakan itu baik di Kabul maupun di luar negeri.
Kunjungan terakhir dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Turkmenistan Rasit Meredow, yang berada di Kabul pada hari Sabtu.
Kedua belah pihak membahas implementasi cepat dari pipa gas Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI).
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, bertemu dengan pejabat Taliban di Qatar.
China telah berjanji untuk membiayai infrastruktur transportasi, dan untuk memberikan akses ekspor bagi Kabul ke pasar China melalui negara tetangga Pakistan.[pojoksatu]