Anwar Abbas: Kalau Garuda Bangkrut, Apalagi yang Bisa Dibanggakan?

Anwar Abbas: Kalau Garuda Bangkrut, Apalagi yang Bisa Dibanggakan?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -   Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, menyayangkan kondisi keuangan penerbangan maskapai Garuda Indonesia yang berdarah-darah. Maskapai ini, kata dia, merupakan kebanggaan negara dari sisi penerbangan internasional.

“Kalau sampai perusahaan Garuda bangkrut dan ditutup, pertanyaannya  apalagi yang bisa dibanggakan sebagai bangsa dalam dunia penerbangan di negeri ini. Kasihan sekali bangsa dan negeriku,” ujar Anwar dalam pesan tertulis, Jumat, 29 Oktober 2021.

Kesulitan keuangan yang dialami Garuda, kata Anwar, telah mengancam eksistensi emiten berkode GIAA itu sebagai maskapai nasional. Garuda saat ini dikabarkan tengah memiliki utang sampai Rp 70 triliun dan nilainya terus bertambah.

Menurut Anwar, bila tak mendapat suntikan dana segar, Garuda akan terancam tutup dan mati. Musababnya, pendapatan maskapai tergerus karena menurunnya jumlah penumpang di tengah pandemi Covid-19.

“Sementara pengeluarannya masih besar dan banyak. Setiap bulan perusahaan tentu harus berusaha menutup ketekoran dengan berutang atau  jual aset dan atau mendapatkan subsidi dari pemerintah,” ucapnya.

Situasi buruk Garuda Indonesia, tutur Anwar,  tidak bisa terlepas dari faktor internal dan eksternal. Dari sisi eksternal, bisnis maskapai tertekan karena krisis wabah Covid-19.

Sedangkan dari sisi internal, maskapai menghadapi masalah karena kesulitan melakukan negosiasi dengan lessor asing untuk menurunkan beban utang. Selain itu, manajemen masih menanggung beban operasional seperti pembayaran fasilitas untuk pilot, awak kabin, dan karyawan.
“Kita melihat lemahnya semangat berkorban dari para pihak  yang terlibat untuk bisa melakukan sesuatu yang berarti,” tutur Anwar.

Asosiasi Pilot Garuda (APG) sebelumnya menyatakan gaji para pilot dan co-pilot telah berkurang 50 persen selama pandemi Covid-19. Kebijakan itu berlangsung sampai Oktober 2021 dan masih terus berlanjut.

 “APG memahami kesulitan kondisi industri penerbangan saat ini, khususnya Garuda lndonesia dan demi mendukung proses penyelamatan Garuda lndonesia, Pilot Garuda lndonesia sudah menjalankan pengurangan penghasilan,” ujar Pelaksana tugas Presiden Asosiasi Pilot Garuda Donny Kusmanagri dalam pesan pendek.

Donny berujar, teknis pemotongan gaji ini sesuai dengan ketentuan yang disepakati antara karyawan dan manajemen. Dia meminta semua pihak mendukung dan memastikan keberlangsungan perusahaan agar tetap fokus terhadap upaya penyelamatan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengakui maskapainya menghadapi tekanan kinerja usaha. Namun kondisi ini dialami seluruh pelaku industri penerbangan.

Sebagai upaya memulihkan kondisi perusahaan, ujar dia, Garuda melakukan restrukturisasi. "Langkah restrukturisasi tersebut yang saat ini terus kami perkuat melalui sinergitas BUMN salah satunya bersama Pertamina. Pada akhir tahun 2020 lalu kami berhasil memperoleh kesepakatan perpanjangan waktu pembayaran kewajiban usaha selama tiga tahun dari total outstanding yang tercatat hingga akhir tahun 2020 terhadap Pertamina," tutur Irfan.

Ia menambahkan, Garuda akan memperkuat bisnisnya melalui penjajakan restrukturisasi lanjutan bersama Pertamina untuk kewajiban usaha yang tercatat pada 2021. Ia meyakini upaya bersama Pertamina akan menjadi fondasi fundamental bagi kelangsungan bisnis maskapai.

“Garuda Indonesia memastikan bahwa seluruh aspek kegiatan operasional penerbangan akan tetap berlangsung dengan normal. Kami berkomitmen untuk senantiasa mengoptimalkan standar layanan penerbangan yang aman dan nyaman,” ujar Irfan. [tempo]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita