AGAS PUTRA HARTANTO, Jakarta
—
JAJANAN itu berjajar di bagasi mobil. Ada tiga tulisan di lembaran kertas tergantung, satu di antaranya berbunyi: ”Warung berjalan Kakek Ongen. Silakan ambil. Gratis. Bayar pakai doa.”
Yang dimaksud dengan Kakek Ongen adalah Mohamad Sangaji atau yang akrab disapa Pak Ongen. Ongen merupakan panggilan masa kecilnya.
Kegiatan kakek 58 tahun itu ramai menjadi perbincangan setelah videonya diunggah di akun TikTok @mutiarasangaji. Saat ditemui Jawa Pos di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (30/9) pekan lalu, dia mengatakan bahwa kegiatan tersebut sebenarnya sudah berjalan lama.
Bermula dari warung jajanan gratis yang dibuat untuk cucu dan keponakannya ketika keluarga besar berkumpul.
Modal untuk membuka warung didapat patungan. Dari keempat anaknya, istri, dan tentu Pak Ongen yang menutup kekurangannya. ”Buat seru-seruan aja,” katanya.
Menurut dia, ada games untuk bisa mendapat jajan. Misalnya, hafalan surah Alquran. ”Yang bisa hafal ayat atau surah pendek dapat hadiah,” lanjutnya.
Kemudian, terlintas di pikiran Pak Ongen membawa konsep tersebut untuk berbagi kepada anak-anak kurang mampu atau kurang beruntung. Di antaranya, sekolah tahfiz Alquran, panti asuhan, dan tempat pengajian anak. Para buyung dan upik bebas memilih seperti belanja di warung.
Setiap kegiatan, Pak Ongen mengajak istri, anak-anak, dan cucu-cucunya. Memberi tahu mereka bahwa masih banyak orang susah. Khususnya mengajari kelima cucunya agar mau berbagi dan peduli terhadap sesama yang membutuhkan.
”Anak-anak sekarang kan cerdas. Rasa ingin tahunya tinggi. Cucu selalu tanya, ngapain sih kakek? Buat apa? Untuk apa? Dijawab sama bundanya, buat bantu anak-anak pintar yang tidak beruntung,” jelas Pak Ongen.
Pak Ongen berharap, kelak jika cucu-cucunya besar dan memiliki rezeki lebih harus berbagi dengan masyarakat yang tidak mampu. Dia yakin, dengan mengajarkan hal kecil itu sejak dini, selanjutnya pasti tertanam dan diingat.
Menurut bapak empat anak tersebut, membayar dengan doa bukan tanpa arti dan tujuan. Pertama, dia ingin tahu seberapa jauh anak-anak hafiz Alquran itu menghafal. Kedua, tentu berharap doa-doa mereka makbul. Agar pandemi Covid-19 segera berakhir dan masyarakat diberi kesehatan, panjang umur, serta terus bisa berbagi.
”Untuk cucu ditantang nggak? Iya juga. Surah pendek, doa sebelum dan sesudah makan, doa sebelum tidur, dan doa-doa lainnya,” katanya.
Selain itu, misalnya pekerjaan sekolah, juga ditanya satu-satu. Pelajaran apa yang dibahas. Diminta menjelaskan lagi. ”Kalau bisa, selesai itu kita bareng-bareng pergi ke ayam goreng Kentucky,” terangnya.
Sampai tadi malam pukul 21.00, video tentang Pak Ongen sudah ditonton lebih dari 132 ribu kali. Pak Ongen awalnya tidak tahu dirinya viral di media sosial.
Sebab, dia memang tidak memiliki TikTok, Instagram, dan Facebook yang dikelolanya pribadi. Justru baru tahu dari teman-teman sejawatnya yang membagikan video warung berjalan lewat chat WhatsApp. Juga diberi tahu putrinya, dr Mutiara Sangaji, sang pengunggah video, bahwa video yang diunggah di jagat maya ditonton banyak orang.
”Ya, saya pikir video itu cuma buat dokumentasi. Gak ada niat untuk viral,” ungkapnya.
Kakek kelahiran Maluku tersebut biasanya membagi-bagikan jajanannya pada akhir pekan. Sore hari selepas salat Asar. Lantas, pulang menjelang waktu magrib.
Pak Ongen juga acap kali keluar bersama cucu-cucunya naik mobil. Berkendara keliling Jakarta Timur. Di tengah jalan, dia suka memberi tantangan kepada cucunya untuk mencari orang-orang kurang mampu yang perlu dibantu.
Biasanya, yang mereka lihat seperti orang yang mendorong gerobak. ”Itu Kek, itu Kek, bapak-bapak gerobak dibantu. Kita turun kasih nasi kotak, jajan, atau uang seadanya. Setelah itu, cucu-cucu saya kasih hadiah es krim,” bebernya.
Di setiap Jumat, dia menyiapkan nasi kotak untuk berbagi. Itu Jumat berkah. Sekitar 50–60 kotak nasi. Kadang jalan sendiri atau bersama istri.
Kegiatan berbagi dan sedekah, kata Ongen, diajarkan orang tuanya sejak kecil. Ayahnya adalah seorang pemuka agama di Ambon, Maluku. Sementara itu, ibunya mengurus rumah. Namun, sang ibu dulu pernah membuka usaha warung makan di pasar. Tapi, warung itu tidak pernah menghasilkan keuntungan.
”Karena setiap orang-orang pasar yang gak punya uang itu datang selalu dikasih makan. Terus saya tanya ke ibu, lho Ibu di mana untungnya? Tapi dijawab, nanti suatu saat apa yang Ibu perbuat hasil balasannya bisa ke anak-cucu,” ingatnya.
Pak Ongen adalah wakil ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta periode 2014–2019. Dia juga pernah menjabat ketua DPD Hanura DKI Jakarta.
Mohamad “Ongen” Sangaji (IMAM HUSEIN/JAWA POS)
Kini jabatan tersebut sudah dilepas. Dia memutuskan keluar dari urusan partai per 27 Juli 2021. ”Saya mau fokus ke kegiatan sosial saja, khususnya Covid-19. Jadi hiburan, tapi juga menantang,” celetuknya.
Kini Pak Ongen tengah mempersiapkan mobil ambulans dan mobil jenazah untuk membantu antar jemput warga yang positif Covid-19. Dari rumah ke rumah sakit. Gratis, tanpa ada biaya. Total ada empat unit mobil ambulans dan tiga unit mobil jenazah di garasi Baileo Sangaji.
Mutiara Sangaji, salah seorang anak Pak Ongen yang juga pengunggah video, menyebutkan, papanya memang sedari dulu gemar berbagi. Dia dan saudara-saudaranya sedari kecil juga selalu diajari untuk wajib membantu sesama.
”Siapa pun. Kenal maupun tidak kenal,” ucap Tiara, sapaan akrabnya, kepada Jawa Pos tadi malam.
Dia bercerita, pernah suatu ketika, Jumat pagi main ke rumah orang tuanya. Tiba-tiba seorang ibu tua datang. Ibu tersebut langsung menyapa dan tersenyum, lantas meminta sejumlah uang.
Tak lama kemudian, Pak Ongen mengeluarkan dompet dan memberi sejumlah uang yang diminta itu. Bahkan dilebihkan.
Karena penasaran, Tiara mengikuti ibu itu, lalu bertanya. Ternyata dia adalah tukang sayur belakang rumah. Kadang sang papa kerap menyuruhnya jualan sayur gratis keliling.
”Di situ saya merasa terharu sama hal kecil yang papa buat. Papa mau anak-cucunya melihat dan meneruskan apa yang nenek perbuat,” ungkapnya.
Menurut Tiara, prinsip hidup yang ditekankan papa untuk anak-anaknya adalah selalu berprasangka baik dengan Allah di setiap keadaan. Juga, sesusah apa pun keadaan, dilarang berutang. ”Apalagi punya kartu kredit, papa paling marah,” ujarnya.[jawapos]