GELORA.CO - Amerika Serikat makin tertinggal dari China dan Rusia dalam hal perlombaan mengembangkan senjata hipersonik, setelah uji coba terbaru yang mereka lakukan menemui kegagalan.
Pentagon menyatakan dalam sebuah pernyataan, mengungkap penyebab kegagalan tes senjata hipersonik Amerika Serikat.
“Tumpukan booster, yang merupakan roket yang digunakan untuk mempercepat proyektil ke kecepatan hipersonik ketika tes terbaru itu gagal,” kata Pentagon.
Para pejabat telah memulai peninjauan tes, yang berlangsung Kamis di Kompleks Pelabuhan Antariksa Pasifik di Kodiak, Alaska, untuk memahami penyebab kegagalan booster.
“Eksperimen dan pengujian, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil, adalah tulang punggung pengembangan teknologi kritis yang sangat kompleks dengan kecepatan luar biasa, seperti yang dilakukan departemen dengan teknologi hipersonik,” kata Lt. Cdr. Tim Gorman, Juru Bicara Pentagon dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN International, 22 Oktober 2021.
Pentagon telah menjadikan pengembangan senjata hipersonik sebagai salah satu prioritas utama mereka, terutama karena China dan Rusia sedang terus bekerja untuk mengembangkan senjata hipersonik mereka.
Kegagalan tes Amerika itu menjadi pukulan besar berikutnya, setelah sebelumnya uji coba pada bulan April lalu juga mengalami kegagalan. Apalagi, berita ini muncul beberapa hari usai China dan Rusia berhasil menguji kendaraan luncur hipersonik mereka.
China dan Rusia semakin di depan
Sementara Amerika Serikat mengalami kegagalan dalam uji coba senjata hipersoniknya, pada akhir pekan, Financial Times melaporkan bahwa China telah berhasil menguji kendaraan luncur hipersonik yang mampu membawa senjata nuklir. FT melaporkan kendaraan luncur itu bisa terbang ke luar angkasa sebelum akhirnya meluncur ke sasarannya.
Namun China membantah laporan itu, dan mengatakan bahwa tes itu hanya uji coba pesawat ruang angkasa rutin untuk menguji teknologi penggunaan kembali pesawat ruang angkasa.
Para pejabat pertahanan AS mengatakan mereka sangat prihatin tentang China yang mengembangkan kemampuan hipersonik karena mereka dapat memungkinkan Beijing untuk melancarkan serangan ke Kutub Selatan, menjebol pertahanan rudal AS, yang umumnya diarahkan untuk rudal yang datang dari Kutub Utara.
Selain itu, dua minggu lalu, Rusia juga telah berhasil menguji coba rudal hipersonik mereka yang diluncurkan kapal selam untuk pertama kalinya, dijuluki Tsirkon. Awal musim panas ini, Rusia mengatakan telah menembakkan rudal yang sama dari kapal perang.
Presiden AS, Joe Biden baru-baru ini juga menyatakan kekhawatirannya soal teknologi hipersonik dari negara-negara pesaingnya. Dengan gagalnya uji coba senjata hipersonik AS ini, agaknya Biden ke depannya akan makin khawatir dengan negaranya kalah dari China atau Rusia dalam hal teknologi ini. [hops]