Tidak Berpedoman Pada Survei Untuk Tentukan Capres, Megawati Tinggalkan Ganjar?

Tidak Berpedoman Pada Survei Untuk Tentukan Capres, Megawati Tinggalkan Ganjar?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sikap Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang tidak akan berpedoman pada hasil survei dalam menentukan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024, membuktikan bahwa partai politik memainkan peran vital bagi tokoh yang ingin menjadi pemimpin bangsa.

Apalagi, kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, saat ini masih berlaku ambang batas pencalonan atau presidential threshold sebesar 20 persen. Bagi dia, syarat inilah akar masalah demokrasi saat ini.

"Dengan presidential threshold 20 persen, kekuatan utama untuk masuk dalam babak pertarungan awal pilpres akhirnya bukan lah elektabilitas, tapi ditentukan partai politik," kata Rico Marbun kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (18/9).

Di internal PDIP contohnya, Rico melihat sosok Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang unggul dalam berbagai lembaga survei elektabilitasnya stabil di tiga besar tokoh potensial diusung pada Pilpres 2024.

Lanjutnya, jika benar Megawati nantinya mengesampingkan hasil survei, maka benar dugaan publik bahwa PDIP menyiapkan Puan Maharani sebagai calon presiden yang elektabilitasnya jauh di bawah Ganjar.

"Kan biarpun elektabilitas Ganjar tinggi tapi kalau dia tidak punya tiket ya, dia tidak akan maju," katanya.

Jika cara cara Megawati mengesampingkan hasil survei ditiru partai politik lain, kata Rico lagi, maka kerugian seperti dialami Ganjar juga akan dialami tokoh potensial lain untuk maju di Pilpres 2024.

"Begitu juga akan merugikan rakyat, karena terhalang untuk memilih kandidat yang mereka anggap berkualitas," pungkasnya.

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan, untuk menjadi presiden, wakil presiden, atau menteri pasti ada campur tangan Tuhan. Termasuk juga masukan suara rakyat.

Hasto menyadari sejumlah lembaga survei sudah merilis hasil riset mengenai elektabilitas beberapa kader PDIP. Namun ia memastikan partainya tidak akan menjadikan elektabilitas seseorang sebagai alat ukur.

Dia mengingat pesan Megawati bahwa menjadi presiden itu mudah, tetapi menjadi pemimpin yang sangat sulit. Sebab, di tangannya bergantung hajat hidup 270 juta lebih rakyat Indonesia.

"Untuk menjadi presiden, banyak faktornya. Dan bagi Bu Mega hal tersebut juga dilakukan dengan kontemplasi, memohon petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Karena itulah tradisi itu dijalani Bu Mega," tandasnya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita