JENDERAL (Anumerta) Ahmad Yani merupakan salah satu tokoh pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30SPKI) tahun 1965 silam. Ahmad Yani lahir 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo. Pada masa pendudukan Jepang, dia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang serta pendidikan tentara pada Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Karena prestasi gemilangnya, Ahmad Yani diberi Katana istimewa (gunto) atau pedang samurai yang biasa digunakan militer Jepang . Ahmad Yani merupakan prajurit berbakat dengan kompetensi tinggi.
“Beliau memang seorang prajurit, ahli strategi perang sejak masuk PETA (Pembela Tanah Air) di Bogor. Dia juga pandai main ‘Sendai’, olahraga Jepang dengan pedang samurai. Karena pandainya itu, dia bisa lulus dengan baik dan diberi pedang (gunto) yang paling panjang. Itu diakui Pak Sarwo Edhie (Wibowo),” ujar Amelia A Yani, kepada Okezone, beberapa waktu lalu.
Setelah terbentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan TKR Purwokerto. Tahun 1948 dirinya ikut beroperasi dalam menumpas pemberontakan PKl Muso di Madiun. Pada Agresi Militer Belanda II dia diangkat sebagai Komandan Wehrkreise II daerah Kedu.
Ahmad Yani juga membentuk pasukan istimewa dengan nama Banteng Raiders selama bertugas daJam menumpas pengacau Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Tengah. Selesai tugas itu, dia mendapat tugas belajar pada Command and General Staff College di Amerika Serikat. Ini membuat Ahmad Yani kerap mendapat isu sebagai antek-antek Amerika Serikat oleh kubu anti-barat.
“Hampir setiap hari (PKI) bikin aksi terus di Stadion Senayan (kini Gelora Bung Karno), bikin rapat raksasa. Tentara seperti ayah saya ini yang sekolah komando di Amerika, disebut Jenderal Pentagon yang berkulit sawo matang,” paparnya lagi.
Pada tahun 1958 ia diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Selain PRRI, Ahmad Yani juga turut andil dalam perebutan Irian Barat, membuat Presiden Soekarno senang akan keberadaan dirinya.
Tahun 1962, dirinya diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Ahmad Yani difitnah dan dituduh ingin menjatuhkan Presiden Soekarno oleh PKJ. Pada 1 Oktober 1965 dinihari ia diculik oleh gerombolan PKI, lalu dibunuh. Jasadnya ditemukan di daerah Lubang Buaya. Ahmad Yani dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata Jakarta.
“Beliau sempat diisukan pengkhianat (oleh PKI). Bapak kan memimpin dewan jenderal yang memang biasanya untuk membahas kenaikan pangkat perwira. Tapi isu itu dibuat-buat PKI, difitnah bahwa dewan jenderal untuk menggulingkan Soekarno. Nah, akhirnya pecahlah itu G30S (Gerakan 30 September 1965),” jelas Amelia.
Bentuk penghormatan akan sosoknya tak hanya diabadikan di museum ini, tapi juga sebuah masjid “Ahmad Yani” yang tak jauh dari museum, pada sebuah kapal TNI AL “KRI Ahmad Yani 351”, Bandara Achmad Yani di Semarang, serta Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) di Cimahi Jawa Barat. Titel “Pahlawan Revolusi” disematkan dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Jenderal penuh setelah disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. (okezone)