GELORA.CO - Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin menyebut, ada kelompok yang tidak suka dengan keputusan Pemerintah Indonesia yang menjalin hubungan mesra dengan China di berbagai sektor.
Politikus PDIP itu menjelaskan, contohnya seperti ada penggiringan opini yang berseliweran di media sosial (Medsos) dengan menyebarkan narasi kalau rezim ini adalah antek komunis hanya karena dekat dengan China.
"Akhir-akhir ini saya juga bicara dengan kelompok yang tidak suka kita 'dekat' dengan RRT. Mungkin sekarang bapak ibu lihat medsos, pemerintahan ini adalah pemerintah komunis, dekat dengan China, apa-apa China, dan sebagainya, kelompok itu ada dan real," kata Hasanuddin kepada wartawan, Rabu (23/9/2021).
Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah agar bergabung dengan kelompok Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia.
"Mereka mendesak supaya kita ikut masuk dalam blok Amerika, yang notabene ikut masuk ke dalam AUKUS, jadi AUKUSI begitu. Itu Australia, UK, US, dan I, ini sudah bergelinding, saya pernah diskusi," ujarnya.
Meski begitu, ada juga kelompok lainnya, yang merupakan mantan prajurit, meminta agar Indonesia harus bersiap dengan perkembangan AUKUS. Bahkan meminta agar Indonesia melawan kerja sama AUKUS tersebut.
"Tapi juga ada teman-teman saya mantan prajurit, 'Komisi I harus kuat persenjataan, kita lawan', yang dilawan yang mana? Saya yang penting jaga kedaulatan. Saya mohon dua sisi ini, bahkan di ruangan ini bisa jadi ada mulai panas," katanya.
Ia mengimbau agar pemerintah mengambil sikap dengan cara diplomasi. Salah satunya pemerintah bisa mengambil keuntungan tensi politik yang kian memanas antara China dan Amerika Serikat berkaitan dengan AUKUS tersebut.
"Yang sudah diluncurkan Ibu Menlu kode etik menyelesaikan masalah di wilayah laut bila terjadi ada gesekan dengan sit and talk, duduk dan bicara, tidak boleh gunakan senjata atau apapun kekerasan. Menurut saya sudah benar, kita tak boleh terpancing ke mana pun," kata dia.
Ia berharap pemerintah tak terpancing dengan memihak ke Amerika Serikat atau China. Sebab, situasinya kini negara sedang tak diperlukan untuk mengambil tindakan tegas.
"Saya berharap dengan hormat, kita harus, saya gunakan bahasa sunda, ngigelan zaman atau mengikuti irama zaman. Jangan kita ikut masuk, jadi memang harus seirama, luwes, dan lain sebagainya, jangan terpancing, karena memang kita sedang dipancing untuk supaya ambil sikap, garis tegas, kemana tegasnya? Nggak bisa lah, kita justru dalam keadaan situasi sekarang manfaatkan kebaikan Amerika, kebaikan China," katanya. [kompas]