GELORA.CO - Seniman coretan mural hingga gambar di tembok, kini menjadi perhatian karena berisi pesan kritikan terhadap pemerintah Jokowi pks. Mural kritikan pemerintah tersebut banyak terjadi di banyak daerah.
Sayangnya banyak mural yang tidak panjang usia tayangnya di banyak wilayah, petugas keamanan dan ketertiban seperti satpol PP diturunkan untuk membersihkan banyak mural yang beredar di banyak daerah.
Bahkan banyak mural yang justru viral dengan pesan kritikan terhadap kondisi dan kebijakan pemerintah yang telah dilakukannya.
Langah melakukan pembersihan mural bahkan menghilangkan kritikan terhadap kritikan kebijakan pemerintah justru dinilai publik sebagai sikap pemerintah yang kebakaran jenggot.
Beberapa bahkan menganggap cara tersebut justru menghalangi dan membatasi para seniman dalam berkarya dan mengesankan pemerintah antikritik.
Menyikapi hal ini, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera menyatakan, partainya siap mengadvokasi jika seniman mural merasa terancam karena mengekspresikan gagasannya.
“Meskipun tetap, nuwun sewu, standar-standarnya harus ada,” kata Mardani saat dikonfirmasi Kantor Berita RMOLJakarta, Senin (6/9).
Standar yang dimaksud anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) itu adalah tempat pembuatan mural yang tidak mengganggu publik, jati diri yang jelas, dan pesan yang tajam.
“Mural (kritik) adalah energi positif untuk memaksa rezim, siapapun termasuk kalau PKS diizinkan Allah berkuasa, maka rezim yang pegang harus selalu dikontrol dan rendah hati,” jelas Mardani.
“Karena mereka punya aparat, anggaran, kekuasaan, mereka diberikan mandat,” pungkasnya.
Politikus sekaligus pegiat media sosial, Teddy Gusnaidi mengomentari soal polemik mural yang belakangan ini heboh lantaran dianggap sebagai bentuk alergi pemerintah terhadap berbagai kritikan dari karya seni.
Secara spesifik, Teddy menanggapi soal mural yang menyatakan rakyat dilanda kelaparan karena adanya kebijakan PPKM yang dibuat oleh pemerintah.
Teddy pun mengungkapkan kenyataan yang diyakininya bahwa para kreator mural yang mengkritisi soal kelaparan melanda sebenarnya tidak mengalami kelaparan.
Hal itu lantaran, kata Teddy, mereka buktinya mampu membeli cat untuk membuat mural di sejumlah titik.
“Buat Mural Lapar, ternyata yang buat mural bisa makan dan enggak kelaparan, karena mampu beli cat,” kata Teddy dalam tulisannya di jejaring media sosial, dikutip Hops pada Rabu, 25 Agustus 2021. [hops]