GELORA.CO - Lokasi ditemukannya uang kuno atau uang kepeng di Desa Sukosongo dulunya adalah bekas barongan (jawa) atau rerimbunan bambu. Selain itu, tempat tersebut juga dikenal wingit (angker).
Kasi Museum dan Sejarah Purbakala Disparbud Lamongan Edy Suprapto menuturkan, dari penelusuran yang dilakukan oleh Disparbud Lamongan diketahui jika lokasi dimana telah ditemukan koin uang kepeng tersebut dulunya adalah bekas gerumbul bambu atau yang oleh warga setempat disebut barongan.
"Dari penuturan warga dan Pak Kades, dulunya tempat itu adalah barongan," kata Edy Suprapto kepada detikcom, Sabtu (4/9/2021).
Lokasi penemuan, lanjut Edy, sebelum menjadi sawah dan digarap warga adalah barongan yang kemudian berubah fungsi menjadi sawah milik desa dan digarap oleh warga secara bergilir. Selain dikenal sebagai barongan, tutur Edy, lokasi penemuan yang dekat dengan makam desa setempat itu juga dikenal angker dan jarang orang yang berani menjamah tempat itu.
"Saat masih berbentuk barongan ya jarang ada yang berani ke tempat itu, karena warga menganggapnya wingit," ujarnya.
Edy mengatakan diamankannya sejumlah koin kuno tersebut berawal dari adanya informasi di media sosial terkait adanya warga yang beramai-ramai mencari uang koin kuno. Bahkan foto dalam unggahan tersebut memperlihatkan bahwa warga telah mengumpulkan begitu banyak benda menyerupai koin kuno yang dimasukkan ke dalam wadah ember.
"Kami melakukan survei lokasi terkait berita yang viral tersebut dan menemukan lokasinya ternyata di Desa Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu," terang Edy.
Sayangnya, ketika Disparbud tiba di lokasi, koin-koin yang ditemukan warga hanya tinggal beberapa keping saja, karena sebagian sudah dijual oleh warga.
"Yang sebagian telah dijual ke kolektor asal Surabaya. Kepala Desa Sukosongo, Pak Ahmad Zainal Arifin membenarkan kejadian tersebut," imbuhnya.
Seperti diketahui, warga Desa Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu dihebohkan dengan penemuan uang kepeng kuno yang diduga tinggalan masa kerajaan. Warga bahkan beramai-ramai mendatangi lokasi penemuan sebelum akhirnya ditutup oleh Disparbud Lamongan dan pemerintah desa.(detik)