GELORA.CO - Ketika jumlah stok nuklir global semakin menumpuk dan banyak negara yang meningkatkan hulu ledak dan roket, maka sudah seharusnya semua pihak waspada dan mengurangi ketegangan demi mencegah terjadinya perang atom.
Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal John E. Hyten menyampaikan hal itu dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh think-tank Washington The Brookings Institution baru-baru ini.
Dalam pernyataannya, perwira senior AS itu juga mengungkap bahwa pihaknya sebisa mungkin untuk menghindari konflik dengan Rusia dan China, mengingat dampak yang akan ditimbulkannya kemudian.
“Kami tidak pernah (sejak dulu bahkan) melawan Uni Soviet,” katanya, seperti dikutip dari RT, Selasa (14/9).
“Tujuan kami adalah untuk tidak pernah berperang dengan China dan Rusia,” lanjutnya.
Menurut Hyten, peristiwa semacam itu hanya akan menghancurkan dunia dan ekonomi global.
“Ini akan berdampak buruk bagi semua orang, dan kita harus memastikan bahwa kita tidak menempuh jalan itu,” ujarnya.
Namun, sang jenderal melanjutkan, kesepakatan sebelumnya antara Moskow dan NATO setelah jatuhnya Uni Soviet menyimpulkan Rusia bukan ancaman lagi. Namun, pada saat yang sama, ia juga menuduh bahwa Rusia memodernisasi seluruh persenjataan nuklir mereka.
“Ini karena saya pikir mereka khawatir tentang AS,” ujarnya.
Meskipun saat ini sudah ada kemajuan hubungan antara Rusia dan China, Hyten mengatakan itu masih jauh dari stabilitas total.
Namun, dia mengatakan bahwa Washington semakin khawatir tentang kurangnya langkah serupa dengan China, negara yang dia duga sedang mengalami modernisasi nuklir yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Anda melihat ratusan silo (nuklir),” katanya.
“Dan omong-omong, tidak ada batasan pada apa yang dapat dimasukkan China ke dalam silo itu,” pejabat tinggi Pentagon itu memperingatkan. [rmol]