GELORA.CO - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menegaskan umat Islam memberi kontribusi yang sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia. Bahkan peran itu dilakukan oleh para ulama dan umat Islam di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Di Madura misalnya, dikenal ada seorang ulama besar yang di kemudian hari, dua orang santrinya dikenal sebagai KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahmad Dahlan, masing-masing sebagai pendiri Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Menurutnya, keduanya pernah mengenyam ilmu dari Syaikhona Muhammad Kholil yang dikenal juga sebagai Syaikhona Kholil al-Bangkalani.
"Syaikhona Kholil al-Bangkalani sangat layak dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional. Saya selaku Wakil Ketua MPR ikut mendukung usaha tersebut meski beliau sendiri tidak pernah mengharap," ujar HNW dalam keterangannya, Sabtu (25/9/2021).
"Tetapi kita sebagai penerus, tentu merasa senang jika orang yang kita hormati mendapat penghargaan yang layak. Apalagi baik KH. Hasyim Asy'ari maupun KH. Ahmad Dahlan, sebagai santrinya sudah mendapat anugerah pahlawan nasional," imbuhnya.
Hal ini dia ungkapkan saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR, di hadapan Warga Kabupaten Sumenep, Jawa Timur secara virtual. Acara tersebut merupakan kerja sama antara MPR dengan Yayasan Dakau Lamak, berlangsung di Kabupaten Sumenep.
Dia melanjutkan peninggalan sejarah dari jejak langkah Syaikhona Kholil patut ditiru dan menjadi inspirasi bagi masyarakat Sumenep. Terlebih ketika bangsa Indonesia memperingati pengkhianatan PKI pada bulan September ini.
"Jasa ulama bagi bangsanya sangat besar. Tetapi keselamatan mereka selalu terancam. Pada September 1948, saat pecah peristiwa Madiun, para ulama, santri dan pondok pesantren menjadi korban kekejaman PKI. Zaman sekarang keamanan ulama juga belum sepenuhnya terjaga," jelasnya.
"Terbukti masih banyak ulama yang mengalami penyerangan oleh orang-orang tak bertanggung jawab, termasuk ketika mereka menjalankan tugasnya membina masyarakat," sambung HNW sapaan akrabnya.
Menurutnya, baik peristiwa pengkhianatan PKI maupun maraknya kasus penganiayaan ulama menjadikan isyarat bahwa Sosialisasi Empat Pilar MPR masih sangat dibutuhkan.
"Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika adalah hasil kesepakatan seluruh bangsa. Termasuk kesepakatan para ulama dengan kelompok nasionalis sehingga ada titik tengah yang bisa diterima kedua pihak. Karena itu, seluruh kesepakatan tersebut, harus dijaga dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
Sementara itu, Anggota MPR Fraksi PKS Ahmad Syaikhu mengatakan sosialisasi tidak hanya diberikan kepada masyarakat umum. Tetapi juga anggota DPR, TNI, Polri dan pejabat di lingkungan eksekutif. Itu artinya seluruh bangsa Indonesia berhak mengikuti sosialisasi MPR.
"Diharapkan, setelah menerima sosialisasi, bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Sementara bagi mereka yang kerap menyampaikan sosialisasi, mudah-mudahan bisa menginspirasi, agar lebih baik dalam mengaktualisasikan pada kehidupan mereka," jelasnya.
Diketahui, pada acara tesebut turut hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Dakau Lamak Dr. Mohammad Hidayaturrahman, Ketua Umum DPW PKS Jawa Timur Irwan Setiawan, Sekretaris DPW PKS Jawa timur Ahmadi, Ketua umum DPD PKS Sumenep Rimbun Hidayat, dan Sekretaris DPD PKS Seumenep Manansyah. (detik)