GELORA.CO - Foto Tukul Arwana divaksin ramai dibahas di media sosial. Pada lima hari lalu, Tukul Arwana memang memamerkan foto dia menerima vaksin Covid-19 yang pertama. Kini, sang presenter kondang mengalami pendarahan otak. Di sisi lain, ahli ungkap fakta beberapa vaksin Covid-19 telah memicu pembekuan darah.
Tukul Arwana telah menjalani operasi pendarahan otak di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), Cawang, Jakarta Timur. Dalam operasi itu, tim dokter menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk menangani masalah kesehatan sang komedian. Kini, Tukul Arwana sedang menjalani masa pemulihan.
Anak sulung Tukul Arwana, Ega Prayudi, memohon doa untuk kesembuhan sang ayah. "Buat teman-teman, rekan-rekan media, fans Tukul Arwana, saya sebagai anak mohon doa untuk kesembuhan orang tua kami, itu saja," ujar Ega Prayudi saat ditemui di RS PON, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (23/9/2021).
Hal senada juga disampaikan Kimon selaku manajer Tukul saat ditemui di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (23/9).
"Alhamdulillah sudah dilakukan operasi. Sekarang sedang dalam masa pemulihan. Saya mewakili keluarga besar Tukul Arwana minta doanya agar beliau lekas pulih, lekas menghibur kembali di layar kaca, di stasiun TV," ucapnya.
Kimon juga membenarkan bahwa kondisi sang komedian kini sudah mulai membaik. Namun ia tak belum bisa membeberkan secara medis karena masih menunggu keterangan dari dokter.
"Dan juga saat ini beliau memerlukan istirahat yang intens kami mohon doanya. Saya belum bisa beri statement apa-apa, karena mungkin juga pihak dokter nanti akan berikan statement dari RS," sebut Kimon.
Tukul Arwana pun sedang dalam masa pemulihan saat ini. Ia butuh istirahat yang cukup agar kondisinya semakin membaik.
"Saya mohon buat pemirsa di rumah, kita minta doanya supaya mas Tukul lekas sembuh," katanya. "Alhamdulillah sudah bisa respons," tutup Simon.
Dilihat di halaman Instagramnya, hingga kemarin ia masih aktif menggunakan media sosialnya. Bahkan kemarin, ia juga mempromosikan tayangan acaranya, Tukul Arwana One Man Show yang menghadirkan Novia Bachmid, Christie, dan Reza Dharmawangsa. "One Man Show Indosiar," tulisnya pada unggahan video itu.
Tiga hari lalu, Jumat, 17 September 2021, Tukul bahkan bergoyang sambil menyanyi di acara pembukaan toko roti. "Amin...Ya....terima kasih," tulisnya. Penyanyi organ tunggal yang mengiringi Tukul bernyanyi menggoda tamu undangan, "Itu Mbak Maria Vania ikut menyanyi," kata si penyanyi orkes tunggal yang menemani Tukul bernyanyi.
Di hari yang sama, Tukul memamerkan kencannya yang berharga bersama putri kesayangannya makan di restoran Jepang yang berada di dalam mal. "Alhamdulillah akhirnya kita bisa jalan ke mal, ya anak wedok, sudah berapa minggu," katanya sambil berjalan dan merangkul putrinya.
Kabar Tukul Arwana mengalami serangan stroke juga menggerakkan para sahabatnya untuk meminta doa netizen. Maria Vania dan Vega Darwanti meminta netizen bersama-sama mendoakan Tukul. "Mohon doanya buat kesembuhan Mas @tukul.arwanaofficial supaya bisa kembali lagi sehat dan menghibur kita semua lagi," tulis Maria.
Foto Tukul Arwana divaksin ramai dibahas di media sosial. Maklum, netizen ingin mencari tahu apakah sebenarnya Tukul mengalami pendarahan otak karena disebabkan oleh vaksin Covid-19?
Lima hari lalu, Tukul mengunggah video dan foto kegembiraannya akhirnya mengikuti vaksinasi Covid-19. "Baru pertama karena sibuk. Jadi sempatnya alhamdulillah dipertemukan di sini," katanya saat diwawancarai. Ia memberikan pesan pada unggahannya itu. "Ayo vaksin biar nyaman untuk semuanya."
Jika dilihat di foto Tukul Arwana divaksin, sang komedian mendapat vaksin Covid-19 dosis pertama pada Jumat (17/9/2021), sekitar lima hari yang lalu. Setelah mendapat vaksin, empat hari kemudian Tukul tiba-tiba saja mengeluh pusing sampai pada akhirnya dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan mengalami pendarahan di otaknya.
Padahal, menurut kerabat dekat dan keluarganya Tukul memang dikenal sebagai pribadi yang riang dan hampir selalu terlihat sehat. Kini, foto Tukul Arwana divaksin ramai dibahas di media sosial. Sejumlah netizen menanyakan apakah ada kaitannya vaksin Covid-19 dengan pendarahan otak yang dialami sang komedian.
“Aku lihat Mas Tukul selalu sehat aku selalu nanya resep nggak sakit apa katanya nggak ada tapi semangat kerjanya yang tinggi dan nggak pernah ada dia ngeluh," kata Inul Daratista.
Lantas, apakah sebenarnya vaksin Covid-19 bisa memicu terjadinya pendarahan di otak? Ahli ungkap beberapa vaksin Covid-19 telah memicu pembekuan darah.
Pada dasarnya, meskipun risikonya kecil tetapi pendarahan otak memang bisa terjadi pasca mendapat suntikan vaksin Covid-19.
Mengutip dari laman Halodoc, beberapa orang yang mengalami pembekuan setelah mendapatkan vaksin mungkin telah terinfeksi Covid-19 baik mengalami infeksi awal tanpa gejala pada saat vaksinasi atau terkena infeksi pada saat perjalanan menuju lokasi vaksin.
Infeksi yang disebabkan oleh Covid-19 risikonya memang lebih tinggi dengan penyebab pembekuan dan pendarahan.
Beberapa orang memang sangat membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit karena komplikasi pembekuan darah abnormal yang diakibatkan infeksi Covid-19.
Terlepas dari adanya infeksi atau setelah mendapat vaksin Covid-19, memang ada kemungkinan seseorang mengalami penggumpalan dan pendarahan.
Meski begitu, infeksi Covid-19 masih tetap menjadi penyebab terkuat seseorang bisa mengalami pembekuan atau pendarahan daripada efek samping dari vaksin virus itu sendiri.
Sementara itu contoh kasusnya yakni di India pada Maret 2021 lalu ada seorang pria yang dinyatakan meninggal dunia akibat menderita pendarahan otak, padahal dua hari sebelumnya baru disuntik vaksin Covid-19.
Mengutip dari laman Hindustantimes, seorang buruh meninggal dunia disetelah dua hari divaksinasi virus Covid-19, tetapi dokter belum mengaitkan kematian itu dengan inokulasi.
Selain itu ada juga seorang tenaga kesehatan (nakes) di Norwegia meninggal dunia karena pendarahan otak setelah menerima vaksin Covid-19 AstraZeneca pada Selasa (16/3/2021) lalu.
Meski begitu masih sama seperti kasus sebelumnya, dokter belum mau memastikan apakah ada hubungan langsung kematian itu dengan suntikan vaksin yang telah dilakukan.
Beberapa waktu lalu, Amerika Serikat memutuskan untuk menangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 Johnson& Johnson, setelah 6 orang dari 6,8 juta orang yang menerim vaksin mengalami pembekuan darah.
Kasus tersebut tampaknya serupa dengan pembekuan darah langka, yang terlihat pada penerima vaksin Oxford / AstraZeneca, yang menyebabkan beberapa negara juga menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Sindrom pembekuan darah ini menyebabkan orang memiliki jenis gumpalan darah yang tidak biasa, seringkali yang terbentuk di otak - disebut trombosis sinus vena serebral atau CVST - ditambah dengan rendahnya tingkat trombosit, partikel kecil dalam darah yang saling menempel sehingga membentuk gumpalan.
Pembekuan darah ini terjadi terutama pada orang di bawah sekitar 60, dan lebih sering pada wanita daripada pria. Tetapi perbedaan jenis kelamin, mungkin karena lebih banyak perempuan yang telah divaksinasi, karena banyak perempuan menjadi petugas kesehatan dan staf panti jompo.
Munir Pirmohamed, ketua Komisi Pengobatan Manusia Inggris, dalam analisis terhadap 79 kasus Inggris yang mengalami pembekuan darah setelah suntikan Oxford / AstraZeneca, kasus tersebut terjadi pada tingkat yang sama pada pria dan wanita.
Baca Juga: Sama-sama Ngenes Ditinggal Nikah Orang Tersayang, Rizky Billar dan Lesty Kejora Saling Nyanyikan Lagu Cinta, Pertanyaan Tukul Arwana Malah Bikin Geger
Angka keseluruhan adalah 4 kasus per sejuta orang yang telah menerima vaksin di Inggris. Tidak diketahui mengapa orang yang lebih muda tampak lebih berisiko mengalami pembekuan darah, tetapi distribusi usia sebagian menjadi alasan, mengapa beberapa negara mengatakan vaksin ini hanya boleh diberikan kepada mereka dengan usia tertentu.
Alasan lainnya adalah orang tua lebih berisiko tertular Covid-19, jadi manfaat vaksin mungkin lebih besar daripada risikonya. Enam kasus CVST yang baru dilaporkan pada penerima vaksin Johnson & Johnson, salah satunya berakibat fatal, dan semuanya terjadi pada wanita berusia antara 18 dan 48 tahun.
Enam kasus CVST yang baru dilaporkan pada penerima vaksin Johnson & Johnson, salah satunya berakibat fatal, dan semuanya terjadi pada wanita berusia antara 18 dan 48 tahun. Kejadian ini membuat Johnson & Johnson mengumumkan, bahwa mereka akan menunda peluncuran produk mereka di Eropa.
"Kami telah bekerja sama dengan ahli medis dan otoritas kesehatan, dan kami sangat mendukung komunikasi terbuka terkait informasi ini kepada profesional perawatan kesehatan dan publik," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Lantas sebenarnya apa yang menyebabkan pembekuan darah? Dalam kasus Oxford / AstraZeneca, banyak dari mereka yang mengalami pembekuan darah telah dites positif untuk antibodi yang mengikat molekul yang dilepaskan oleh trombosit, yang disebut faktor trombosit 4 atau PF4.
Menurut Andreas Greinacher dari Universitas Greifswald, Jerman, vaksin entah bagaimana dapat memicu produksi antibodi tersebut, yang menyebabkan beberapa gumpalan kecil terbentuk di dalam darah dan dapat menggunakan trombosit.
Baca Juga: Sama-sama Ngenes Ditinggal Nikah Orang Tersayang, Rizky Billar dan Lesty Kejora Saling Nyanyikan Lagu Cinta, Pertanyaan Tukul Arwana Malah Bikin Geger
“Ini menyerupai sindrom di mana antibodi serupa dapat dipicu oleh pengobatan pengencer darah heparin,” kata Greinacher, yang merupakan ahli dalam efek samping heparin.
Pedoman yang baru-baru ini dikeluarkan di beberapa negara menyarankan, tes untuk antibodi trombosit harus diberikan jika seseorang memiliki gejala yang menunjukkan sindrom pembekuan darah dalam dua minggu setelah mendapatkan vaksin Covid-19.
Jika positif, mereka harus mendapat perawatan yang sama, yang biasanya diberikan kepada orang-orang yang mengalami efek samping heparin yang langka, yang berbeda dengan yang diberikan untuk pembekuan darah biasa.
Greinacher mengatakan, penelitian sebelumnya pada tikus menunjukkan bahwa DNA dapat mengikat PF4, memicu pembentukan antibodi, dan meningkatkan pembekuan darah. Dia kemudian berspekulasi, mungkin itu sebabnya, mengapa efek pembekuan darah hanya tampak pada vaksin berbasis adenovirus yang mengandung DNA.
Vaksin Oxford / AstraZeneca terdiri dari gen untuk protein lonjakan virus Corona yang dibawa dalam DNA adenovirus simpanse - virus flu yang tidak berbahaya. Vaksin Johnson & Johnson bekerja dengan cara yang sama, tetapi menggunakan DNA dari adenovirus manusia.
Sedangkan vaksin Pfizer / BioNTech dan vaksin Moderna, di sisi lain, didasarkan pada mRNA, untaian materi genetik yang mengkode protein lonjakan, yang memberikan instruksi kepada sel-sel tubuh untuk membuat protein lonjakan. Peter Marks dari Food and Drug Administration AS juga menyebitkan, tidak ada kasus CVST dengan trombosit rendah yang dilaporkan salah satu dari vaksin tersebut.
“Apa yang kami lihat dengan vaksin Johnson & Johnson terlihat sangat mirip dengan vaksin AstraZeneca,” kata Marks. “Kami berspekulasi, kemungkinan penyebabnya adalah mekanisme serupa yang mungkin terjadi dengan vaksin vektor adenoviral lainnya.”
Namun menurut Greinacher, sindrom pembekuan darah sebenarnya jarang terjadi. Hal ini menunjukkan, bahwa mereka yang mengalaminya memiliki beberapa faktor lain yang membuat mereka rentan terhadapnya.
“Harus ada faktor pendamping individu untuk memicu ini. Jika tidak, kami akan melihat masalah ini pada lebih banyak individu, tetapi untungnya tidak demikian."
Marks tidak mengatakan apakah enam kasus yang mengalami pembekuan darah setelah vaksin Johnson & Johnson, memiliki ciri khas antibodi terhadap trombosit.
Tetapi FDA mengatakan, satu alasan menghentikan penggunaan vaksin tersebut adalah untuk memberikan waktu bagi para dokter mempelajari cara mendiagnosis dan mengobati sindrom pembekuan darah yang tidak biasa, dengan tepat. [grid]