Buntut Pakta AUKUS dan Kisruh Kapal Selam: Prancis Tarik Pulang Duta Besarnya di AS dan Australia

Buntut Pakta AUKUS dan Kisruh Kapal Selam: Prancis Tarik Pulang Duta Besarnya di AS dan Australia

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kisruh yang disebabkan oleh munculnya Pakta AUKUS berbuntut panjang. Prancis yang marah karena merasa dikhianati, akhirnya menarik duta besarnya dari Amerika Serikat dan Australia.

Kementrian Luar Negeri Prancis dalam pernyataannya pada Jumat (17/9) mengatakan, kepentingan Indo-Pasifiknya telah dirusak oleh perjanjian baru yang dibuat oleh pemerintahan Biden tentang kapal selam nuklir.

"Atas permintaan Presiden Republik, saya memutuskan untuk segera memanggil pulang dua duta besar kami di Amerika Serikat dan di Australia untuk berkonsultasi," kata Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian, seperti dikutip dari CBC.

Langkah itu dilakukan setelah Canberra mengumumkan bahwa pihaknya membatalkan pembelian  kapal selam konvensional Prancis yang telah terikat kontrak sejak 2016 demi kapal selam nuklir yang dibangun dengan teknologi AS di bawah Pakta AUKUS.

Presiden Joe Biden mengumumkan kemitraan keamanan dengan Australia dan Inggris yang dikenal sebagai Pakta AUKUS, pada Rabu ((15/9).

Ini akan memungkinkan Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir untuk pertama kalinya, menggunakan teknologi yang sebelumnya hanya dimiliki AS dengan Inggris. Kapal selam nuklir menawarkan lebih banyak kemampuan siluman, kecepatan dan jangkauan daripada kapal selam tradisional, dan hanya segelintir negara, termasuk China dan Rusia, yang memiliki kapal selam bertenaga nuklir.

Dengan adanya Pakta AUKUS, Australia secara sepihak membatalkan kontrak senilai 90 miliar dolar Australia dengan pembuat kapal selam Prancis, Naval Group, yang telah disepakati pada 2016.

Le Drian mengecam perilaku yang tidak dapat diterima dari sekutu dan mitranya itu.

“Ditinggalkannya proyek kapal selam yang telah disepakati dan menghubungkan Australia dan Prancis sejak 2016, dan pengumuman kemitraan baru dengan Amerika Serikat untuk meluncurkan studi tentang kemungkinan kerja sama di masa depan pada kapal selam bertenaga nuklir, merupakan perilaku yang tidak dapat diterima antara sekutu dan mitra, konsekuensi yang mempengaruhi konsepsi yang kita miliki tentang aliansi kita, kemitraan kita dan pentingnya kawasan Indo-Pasifik bagi Eropa,” ujar  Le Drian. (rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita