GELORA.CO - Langit Kabul, Afghanistan, terang benderang pada Selasa dini hari (31/8). Suara ledakan disusul tembakan beruntun terdengar nyaring di berbagai penjuru. Kabul tidak diserang. Itu adalah perayaan yang dilakukan Taliban pascapesawat terakhir Amerika Serikat meninggalkan negara tersebut. Mereka menyalakan kembang api dan menembakkan senjata ke udara.
”Pasukan Amerika terakhir sudah meninggalkan bandara Kabul. Kini Afghanistan sepenuhnya bebas dan merdeka,” tegas Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid seperti dikutip The Guardian.
Begitu matahari terbit, pasukan Taliban langsung memenuhi Bandara Hamid Karzai. Mereka bersorak-sorai di landasan pacu. Sebagian lainnya masuk ke jet-jet tempur dan berfoto di dalamnya. Di Kandahar yang menjadi tempat ”lahirnya” Taliban, ribuan pendukung mereka turun ke jalan bersorak-sorai, merayakan hengkangnya AS dari negara mereka setelah dua dekade. Taliban kemarin menyatakan bahwa di kota itulah pemimpin tertinggi mereka, Hibatullah Akhundzada, selama ini tinggal dalam persembunyian.
Komandan AS Mayjen Christopher Donahue dari Divisi Lintas Udara 82 menjadi orang terakhir yang masuk ke pesawat transportasi militer C-17.
Dialah yang bertanggung jawab pada operasi evakuasi. Pesawat itu lepas landas beberapa menit sebelum memasuki tanggal 31 Agustus atau deadline penarikan pasukan asing. Di dalamnya juga ada Duta Besar Sementara AS untuk Afghanistan Ross Wilson.
Pasukan AS tidak mampu menyelamatkan semua peralatan militer yang tersisa di bandara Kabul. Namun, mereka juga tidak ingin Taliban memilikinya dan disalahgunakan. Dilansir The Week, AS menghancurkan atau melakukan demiliterisasi pada kendaraan dan peralatan tempur yang tertinggal. Yaitu, 70 kendaraan antiranjau (MRAP), 73 pesawat, 27 Humvee, sejumlah alat antiroket, artileri, dan sistem mortar (C-RAM). ”Satu-satunya peralatan tertinggal yang dapat digunakan adalah mesin untuk membantu bandara kembali ke operasi sipil sesegera mungkin,” ujar Kepala Komando Pusat AS Jenderal Frank McKenzie dalam sesi konferensi pers.
Dia menegaskan bahwa alat-alat yang sudah dihancurkan itu tidak akan berguna dalam pertempuran. Namun, Taliban mungkin mempertontonkannya sebagai piala kemenangan karena berhasil merebut kembali negaranya. AS sudah memindahkan pesawat, senjata berat, dan peralatan militer canggih lainnya saat mulai menghentikan operasinya di Afghanistan pada Mei lalu. Namun, banyak juga peralatan yang ditinggal dan diserahkan ke militer Afghanistan.
USA Today melaporkan bahwa pasukan AS mungkin menggunakan granat termal untuk menghancurkan peralatan militer yang ditinggal. Beberapa lainnya mungkin diledakkan.
Sekutu baru Taliban, Tiongkok, menyambut baik kepergian AS. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu menyatakan bahwa kini Afghanistan memulai lembaran baru. ”Afghanistan berhasil membebaskan dirinya dari pendudukan militer asing,” terang Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin seperti dikutip Agence France-Presse.
Meski menawarkan uluran tangan, Tiongkok belum mengakui Taliban sebagai pemegang pemerintahan yang sah di Afghanistan. Mereka juga takut jika kelompok tersebut mendukung muslim Uighur di Tiongkok. Berbagai media, foto satelit, dan saksi mata menunjukkan represi Tiongkok kepada warga Uighur di Xinjiang.
Sebagai bentuk dukungan, Tiongkok memilih abstain dalam resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait Afghanistan. Resolusi tersebut mengharuskan Taliban untuk menghormati komitmennya guna membiarkan penduduk Afghanistan dan warga asing meninggalkan negara tersebut.
Hal itu mengacu pada pernyataan Taliban 27 Agustus lalu. Resolusi itu dirancang AS, Inggris, dan Prancis. Ia disahkan Senin (30/8) dengan 13 suara dukungan, tanpa ada keberatan. Selain Tiongkok, Rusia juga ikut abstain.
Di sisi lain, perlawanan terhadap Taliban masih terjadi di lembah Panjshir. Para milisi yang menyebut dirinya Pasukan Perlawanan Nasional itu menyatakan telah membunuh tujuh anggota Taliban.[jawapos]