GELORA.CO - Kelompok Taliban kembali mengingatkan pemerintah AS dan seluruh sekutunya untuk segera menunaikan janji mereka menarik diri dari Afghanistan, sesuai tenggat waktu yang sudah ditentukan.
Juru bicara Taliban Mohammad Suhail Shaheen mengingatkan hal itu dalam sebuah wawancara bersama CGTN, Senin (23/8).
"Setiap penundaan penarikan penuh pasukan AS dari Afghanistan akan menjadi pelanggaran yang jelas terhadap perjanjian keberangkatan, dan akan ada konsekuensinya," kata Shaheen.
Pernyataan Shaheen datang menjelang pertemuan virtual G7 untuk mempertimbangkan perpanjangan kesepakatan dan apakah sanksi baru harus dikenakan pada Taliban.
Dalam pernyataannya, Shaheen juga mengatakan bahwa setiap penundaan penarikan pasukan asing hanya akan mengganggu rencana rekonstruksi.
"Taliban sangat ingin mengakhiri pendudukan asing di negara itu," katanya.
Dalam kasus pelanggaran, Shaheen mengatakan akan menyerahkannya kepada kepemimpinan gerakan, untuk memutuskan bagaimana melanjutkan dan apa yang harus dilakukan.
Mengenai kemungkinan sanksi terhadap Taliban, Shaheen menjawab bahwa lebih banyak sanksi akan menjadi keputusan yang bias.
"Ini akan melawan rakyat Afghanistan. Rakyat Afghanistan berjuang selama 20 tahun melawan pendudukan. Itu adalah pemberontakan rakyat," katanya.
Selain itu, Shaheen juga mendesak AS untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi Afghanistan karena mereka terlibat dalam penghancuran negara itu.
"Kami memasuki fase baru - fase perdamaian, hidup berdampingan secara damai, persatuan nasional rakyat Afghanistan. Jadi, ada kebutuhan untuk banyak kerja sama, dukungan keuangan di masa kritis ini," ujarnya.
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden memperingatkan pada hari Minggu bahwa evakuasi akan menjadi sulit dan menyakitkan.
"Pasukan AS mungkin tinggal di luar batas waktu 31 Agustus untuk mengawasi evakuasi," katanya.
Pada hari Senin, seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa Biden akan memutuskan dalam waktu 24 jam apakah akan memperpanjang batas waktu untuk memberikan waktu bagi Pentagon untuk bersiap.(RMOL)