GELORA.CO - Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dua hari berturut-turut mengalami penurunan. Kemarin lusa saham BUKA turun hingga level auto reject bawah (ARB).
Hari ini pun sempat turun hingga ARB, namun setelah jeda sesi I penurunan saham BUKA berkurang menjadi 60 poin atau turun 5,8% ke posisi Rp 975.
Isu beredar di pasar pergerakan saham BUKA belakangan ini merupakan bagian dari strategi investor eksisting untuk keluar melalui IPO. Isu itu didasari karena rentetan aksi jual investor asing di saham BUKA.
Sebelumnya juga ada informasi bahwa GIC Private Ltd. menambah kepemilikan saham Bukalapak sebanyak 1,6 miliar dengan nilai Rp 1,36 triliun. Menariknya transaksi itu dilakukan pada 5 Agustus 2021. Artinya GIC menambah kepemilikannya sebelum BUKA mencatatkan sahamnya di pasar modal.
GIC merupakan perusahaan yang mewakili pemerintah Singapura (Government of Singapore/GOS) dan Monetary Authority of Singapore (MAS).
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menilai apa yang terjadi di saham BUKA saat ini merupakan momentum aksi ambil untung atau profit taking para investor, termasuk pihak asing.
"Kalau bicara exit strategy kita harus lihat dulu datanya, pemegang saham lamanya siapa dan kemudian sudah berkurang berapa. Kita kan belum tahu ini asing yang keluar apakah ini asing yang eksisting atau yang masuk pada saat bookbuilding," tuturnya saat dihubungi detikcom, Kamis (12/8/2021).
Menurut Reza wajar jika para pemegang saham BUKA saat ini melakukan aksi ambil untung. Sebab saham BUKA sudah sempat naik hingga Rp 1.325 di hari kedua setelah IPO, sedangkan harga penawarannya di level Rp 850.
Lalu ketika melihat para investor asing melakukan aksi jual, investor lokal pun ikut-ikutan ambil untung. Alhasil saham BUKA sekarang terjun ke level Rp 970.
"Mungkin dari sisi pelaku pasar mungkin sedang menunggu bottom-nya untuk mereka masuk lagi," ucapnya.
Sedangkan Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas meyakini bahwa yang terjadi di saham BUKA saat ini memang tengah dilakukan aksi jual oleh pemegang saham eksisting. Bahkan menurutnya mereka memanfaatkan euforia investor ritel.
"Iya asing terus jual sebagai bagian dari exit strategy dalam memanfaatkan minat investor ritel," ucapnya.
Sementara Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai para investor saham BUKA sudah mulai rasional. Mereka melihat valuasi saham BUKA sudah terlalu tinggi. Selain itu saham BUKA ternyata juga sudah tersebar cukup banyak di masyarakat.
"Memang barang itu tersebar banyak di pasar karena waktu bookbuilding 24% orang dapat. Karena di bookbuilding kelihatannya orang nggak kebagian pas booming ternyata ada 24% orang dapat," ucapnya.
Selain itu menurut Hans para pelaku pasar juga sudah menyadari bahwa peluang Bukalapak masih cukup berat. Apalagi perusahaan memiliki pesaing yang lebih besar di industri e-commerce.
"Kalau terkait exit strategy kan sudah dibantah manajemen. Tapi kita nggak tahu pastinya, yang beredar di pasar seperti itu, tapi ya orang lebih rasional sekarang," tutupnya.(detik)