GELORA.CO - Taliban telah memasuki Ibu Kota Kabul untuk menguasai Afghanistan. Taliban mengatakan pihaknya ingin menguasai Afghanistan dengan peralihan yang damai dalam beberapa hari ke depan.
"Dalam beberapa hari ke depan, kami menginginkan transfer damai," kata juru bicara kelompok Taliban yang berbasis di Qatar, Suhail Shaheen kepada BBC, seperti dilansir AFP, Minggu (15/8/2021).
Shaheen mengatakan kebijakan Taliban menjelang transfer kekuasaan, pihaknya akan memasang kembali kelompok Islam garis keras, setelah dua dekade pasukan pimpinan AS menggulingkan mereka setelah serangan 11 September 2001 lalu.
"Kami menginginkan pemerintahan Islam yang inklusif. Itu berarti semua warga Afghanistan akan menjadi bagian dari pemerintahan itu," kata Shaheen.
"Kami akan melihat itu di masa depan saat transfer damai sedang berlangsung," lanjutnya.
Shaheen juga mengatakan kedutaan dan pekerja asing tidak akan menjadi sasaran para pejuang kelompok itu, serta mereka harus tetap berada di negara itu untuk melanjutkan pekerjaan.
"Tidak akan ada risiko bagi diplomat, LSM, siapa pun. Semua harus melanjutkan pekerjaan mereka seperti yang mereka lakukan di masa lalu. Mereka tidak akan menyakiti mereka, mereka harus tetap tinggal," jelasnya.
Dia juga menolak kekhawatiran bahwa negara itu akan terjerumus kembali ke hari-hari gelap versi hukum Islam ultra-konservatif Taliban. Shaheen mengatakan bahwa Taliban akan mencari 'babak baru' toleransi.
"Kami ingin bekerja dengan warga Afghanistan mana pun, kami ingin membuka babak baru perdamaian, toleransi, koeksistensi damai, dan persatuan nasional untuk negara dan rakyat Afghanistan," katanya.
Akan tetapi banyak pejabat, tentara dan polisi telah menyerah atau meninggalkan pos mereka, takut akan pembalasan terhadap siapa pun yang dicurigai bekerja dengan pemerintah yang didukung Barat atau pasukan Barat. Shaheen mengatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi.
"Kami meyakinkan bahwa tidak ada balas dendam pada siapa pun. Setiap kasus akan diselidiki," tutur dia.
Juru bicara yang berbasis di Doha itu mengatakan kelompok Taliban juga akan meninjau hubungannya dengan Amerika Serikat, yang telah melakukan pemberontakan mematikan selama beberapa dekade.
"Hubungan kami adalah di masa lalu. Di masa depan, jika itu tidak menyentuh agenda kita lagi, itu akan menjadi babak baru kerja sama," jelasnya.(detik)