GELORA.CO - Pejabat senior Daerah Otonomi Xinjiang, China, mendesak Taliban yang kini menguasai Afghanistan agar segera memutuskan hubungan dengan Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM).
"Kami minta Taliban di Afghanistan memutuskan hubungan dengan semua organisasi teroris, termasuk ETIM, dan agar dengan tegas menindak mereka," kata juru bicara pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang, Elijan Anayat, dikutip dari Antara, Selasa (31/8/2021).
Menurut dia, hal itu perlu dilakukan agar kerja sama di bidang keamanan dan pembangunan di kawasan berjalan mulus.
Anayat yang berlatar belakang muslim Uighur tersebut mengatakan bahwa ETIM bersama kelompok teroris lainnya cukup lama berupaya memisahkan Xinjiang dari China melalui gerakan-gerakan ekstremisme.
Baca Juga:
Taliban Minta Seluruh Tenaga Kesehatan Perempuan Kembali Bekerja
"Mereka menghasut, merencanakan, dan melakukan serangkaian teror di Xinjiang sehingga menyebabkan kerusakan besar pada kehidupan dan harta benda penduduk setempat," kata Anayat.
Oleh sebab itu, lanjut dia, resolusi Xinjiang untuk memberantas terorisme demi menjaga stabilitas sosial dan kedaulatan nasional tidak akan berubah.
"Setiap kekuatan yang ingin mengganggu perkembangan Xinjiang pasti akan gagal,"tegasnya.
"Terorisme merupakan perbuatan tidak berperikemanusiaan dan tidak beradab sehingga menjadi musuh bersama komunitas masyarakat internasional," pungkasnya.
Seperti diketahui, Taliban yang baru menguasai Afghanistan menjalin hubungan mesra dengan China. Taliban menyambut niat baik China untuk membangun kembali Afghanistan yang hancur karena perang.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen memuji China memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di Afghanistan.
Dilansir Reuters, Sabtu (21/8/2021), China lebih bisa diterima oleh Taliban karena dia tidak ikut berperang di Afghanistan, tidak seperti Rusia dan Amerika Serikat.
"China adalah negara besar dengan ekonomi dan memiliki kapasitas yang besar - saya pikir mereka dapat memainkan peran yang sangat besar dalam pembangunan kembali, rehabilitasi, rekonstruksi Afghanistan," kata Shaheen kepada media China, CGTN.
Sementara itu, Menlu China Wang Yi yang telah bertemu dengan delegasi Taliban bulan lalu, berharap Afghanistan dapat mengadopsi kebijakan Islam moderat.
China sejak lama memandang penerapan agama secara ekstrem menyebabkan destabilisasi di wilayah barat Xinjiang. China juga khawatir wilayah yang dikuasai Taliban digunakan untuk menampung pasukan separatis.
Namun, China kini memuji gerilyawan Taliban yang baru saja mengambil alih kekuasaan di Afghanistan memiliki sikap yang lebih santun dan rasional.
"Banyak media yang percaya bahwa Taliban lebih santun dan rasional dibandingkan sebelumnya dan China mendorong serta berharap Taliban segera mengimplementasikan pandangan positif ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Hua Chunying.
Hua yakin bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang tidak berubah, terutama sikap Taliban. Dia lebih suka memandang masa kini ketimbang masa lalu.
Namun, ribuan warga Afghanistan nyatanya melarikan diri dari negara tersebut setelah Taliban mengambil alih. Mereka takut Taliban memberlakukan keras hukum Islam yang pernah diterapkan Taliban dulu sebelum digulingkan AS. (indozone)