Kisah Wartawan Afghanistan Lari dari Taliban Mengungsi ke Indonesia

Kisah Wartawan Afghanistan Lari dari Taliban Mengungsi ke Indonesia

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Seorang wartawan Afghanistan mengisahkan bagaimana dirinya menjadi target pembunuhan kelompok Taliban, sehingga dia memutuskan meninggalkan negerinya dan mengungsi hingga sampai ke Indonesia.

Beberapa hari setelah Taliban berkuasa kembali di Afghanistan, Sazawar Muhammad Musa, sang wartawan, sangat mengkhawatirkan keselamatan keluarganya di Distrik Jaghuri, Provinsi Ghazni.

"Saya aman di Indonesia, tapi saya sangat khawatir keluarga saya di Afghanistan," ungkap Musa, kelahiran 1981, yang pernah menjadi wartawan televisi lokal di Afghanistan.

Bersama sekitar 7.500 pengungsi Afghanistan di Indonesia, Musa menghabiskan bertahun-tahun hidup di Indonesia. Mereka terus menunggu permukiman permanen di negara ketiga.

Orang-orang Afghanistan ini, yang mendapat status pengungsi dan pencari suaka, tinggal di beberapa kota, seperti Jakarta, Bogor atau Makassar. Musa sendiri tinggal di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Mereka ditempatkan di rumah detensi ataupun penampungan, tetapi ada juga yang memilih tinggal di rumah sendiri.

Dihadapkan fakta bahwa kelompok Taliban, yang dulu menargetkannya untuk dibunuh, berkuasa kembali, Musa kini dipenuhi rasa khawatir dan takut.

"Taliban tidak akan berubah," akunya.

"Hanya Allah yang tahu bagaimana suasana hatiku seperti apa," tambah Musa.

Dia mengaku sangat khawatir keselamatan dua anaknya dan saudara-saudaranya.

Dia kesulitan menelpon mereka dalam dua pekan terakhir. "Jaringan telpon di sana rusak akibat bom," ungkapnya.

Di sisi lain, dia ingin mengetahui perkembangan terbaru dari Afghanistan, yang membuatnya semakin resah - termasuk suasana panik di Bandar Udara Kabul yang menjadi sorotan dunia.

"Teman-teman saya di sana, mereka sekarang bingung, mereka enggak tahu mau ke mana," ujarnya.

Sebagian teman-temannya sudah mengungsi ke negara tetangga, seperti Tajikistan, Iran atau Pakistan.

"Teman-teman" yang dia maksud adalah kawan atau rekannya yang bekerja sebagai jurnalis, anggota polisi, tentara atau aktivis LSM. "Mereka semua kabur".

"Taliban itu tidak akan berubah, mereka mencari orang-orang yang bekerja sebagai wartawan, insinyur, dokter, orang-orang berpendidikan, hingga yang dengan pemerintah, atau LSM," katanya.

Ibu kota Kabul dikuasai Taliban, Musa mendapat informasi dari teman-temannya tentang tindakan Taliban yang `mencari` orang-orang yang dicurigai. Ini terjadi di daerah-daerah yang baru dikuasai mereka.
Peristiwa ini mengingatkan apa yang dialami pada 2013 ketika lokasi tempat tinggalnya di Distrik Jaghuri, Provinsi Ghazni, dikuasai Taliban. Dia saat itu sempat disekap oleh kelompok militan itu sebelum akhirnya kabur.

Ketika itu dia menjadi wartawan di sebuah stasiun televisi lokal, tetapi kemudian menjadi target pembunuhan oleh Taliban, lantaran mengkritik praktek kekejamannya. (Lihat kisah selengkapnya di boks bagian bawah).

"Anda sebagai wartawan tahu kan, kita mengungkap fakta dengan jujur," kata Musa yang sudah menjadi wartawan selama 13 tahun.

`Teman-teman saya kabur meninggalkan Afghanistan`
 
Karena itulah, Musa tidak terlalu kaget ketika sebagian masyarakat Afghanistan memilih untuk meninggalkan negerinya demi menyelamatkan diri.[viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita