GELORA.CO - Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan (Kadinkes Sumsel) Lesty Nurainy mengakui dirinya ikut terlibat dalam rencana pemberian dana hibah Rp 2 triliun dari keluarga Akidi Tio.
Lesty menceritakan dirinya menjadi penghubung komunikasi antara dokter keluarga Akidi, dr Hardi Darmawan, dengan Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri. Saat itu dr Hardi meminta nomor telepon pribadi kapolda.
"Jumat (23/7) dr Hardi Darmawan menghubungi saya dari pesan singkat minta nomor Kapolda, lalu seizin kapolda saya berikan nomornya. Setelah itu, keduanya terlibat dalam pembahasan dan inisiasi pemberian dana hibah dari almarhum Akidi Tio tersebut," kata Lesty seperti dilansir Antara, Jumat (6/8/2021).
Hibah Rp 2 triliun itu rencananya diberikan untuk penanggulangan COVID-19 di Sumsel. Hibah itu disebut sebagai wasiat dari Akidi sebelum meninggal
Lesty mengatakan, kapolda memberi sambutan positif saat mendengar adanya inisiasi pemberian dana dari keluarga almarhum Akidi Tio.
Sebab selain diperuntukkan untuk misi kemanusiaan, penanggulangan COVID-19 yang memang sedang difokuskan.
Lesty mengenal dr Hardi sebagai seniornya dan bagian dari tim Satgas COVID-19 Sumsel. Di sisi lain, pihak keluarga Akidi juga mengenal sosok Kapolda Sumsel.
"Apalagi yang memfasilitasi misi kemanusiaan itu saya dan dr Hardi seorang tenaga kesehatan senior di sini, jadi sudah sama-sama percaya," ujarnya.
"Semua menyambut baik karena memang semua baik-baik saja dan prosesi berjalan lancar," imbuhnya.
Pada Senin (26/7), Lesty diundang untuk menyaksikan seremoni penyerahan dana hibah senilai Rp 2 triliun dari pihak keluarga Akidi Tio di gedung promoter Markas Polda Sumsel. Penyerahan dilakukan putri Akidi bernama Heryanty dan dr Hardi Darmawan kepada Kapolda.
Dalam acara tersebut hadir Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru dan segenap unsur forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda) termasuk pemuka adat lintas agama.
Namun, ia tidak menyangka setelah jatuh tempo pencairan pada Senin (2/8), uang senilai Rp 2 triliun itu sama sekali tidak ada kejelasan.
Sebelum penyerahan, belum ada pembahasan hal teknis soal waktu pemberian uang, hingga soal kepastian keberadaan uang triliunan tersebut. Prosesi seremonial digelar atas dasar kepercayaan individual saja.
"Kami semua sudah saling mengenal, tapi justru itu jadi masalah," ujar Lesty.
Lesty siap hadir sebagai saksi bila keterangannya diperlukan kepolisian.
"Dalam hal ini saya siap menjadi saksi, yang pasti saya tidak kenal sama Heryanti anak Almarhum Akidi Tio. Saya kenal hanya dr Hardi Darmawan," kata dia.
Polisi Usut Motif 'Prank' Hibah Rp 2 T
Wacana sumbangan Rp 2 triliun dari keluarga Akidi Tio ini benar-benar menarik perhatian publik. Terlebih setelah bilyet giro senilai Rp 2 triliun itu dinyatakan tidak cukup saldo.
Putri Akidi Tio, Heryanty, memberikan giro Rp 2 triliun itu ke Polda Sumsel pada 29 Juli 2021. Adapun bilyet giro itu jatuh tempo pada 2 Agustus 2021.
Kemudian, penyidik melakukan kliring bersama Heryanty ke bank dengan tujuan mengambil dana Rp 2 triliun itu. Namun pihak bank memberi keterangan bahwa saldo tidak mencukupi.
Polisi mengusut motif Heryanty berjanji memberi bantuan Rp 2 triliun untuk penanganan COVID-19 di Sumsel.
"Dengan adanya saldo tak mencukupi, tentunya penyidik melakukan penyelidikan terhadap peristiwa ini. Dan kemudian penyidik akan mencari apa motifnya dan apa maksudnya kepada 'yang punya iktikad baik' untuk menyumbang penanganan COVID-19 di Sumatera Selatan ini," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono kepada wartawan, Kamis (5/8/2021).
Mabes Polri sudah menurunkan tim untuk memeriksa Kapolda Sumsel Irjen Eko Indra Heri selaku pihak yang menerima sumbangan secara simbolis beberapa hari yang lalu. Tim yang dikerahkan adalah dari Itwasum Mabes Polri dan dari Paminal Div Propam Polri.
Di sisi lain, Polda Sumsel sudah memeriksa Heryanty bersama keluarga Akidi Tio, termasuk dokter pribadi, Prof Hardi Darmawan.(detik)