GELORA.CO - Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, menyatakan dirinya meninggalkan Kabul demi menghindari pertumpahan darah saat kelompok Taliban mulai memasuki wilayah ibu kota Afghanistan itu.
Namun Presiden Ghani dituduh telah mengkhianati negaranya sendiri.
Seperti dilansir media lokal India, The Week, Senin (16/8/2021), tuduhan itu disampaikan oleh mantan anggota parlemen Afghanistan, Jamil Karzai, yang juga kerabat dari mantan Presiden Hamid Karzai.
"Kabul diduduki oleh Taliban ketika saya meninggalkan kota. Saya pikir akan ada pemerintahan baru. Apapun yang terjadi, telah terjadi karena Ashraf Ghani. Dia mengkhianati Afghanistan. Rakyat tidak akan memaafkannya," tegas Karzai seperti dikutip kantor berita India, ANI.
Laporan Associated Press menyebut bahwa Presiden Ghani secara diam-diam meninggalkan Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul dengan membawa sejumlah kecil orang-orang kepercayaannya. Dia bahkan tidak memberitahu pemimpin-pemimpin politik lainnya yang tengah merundingkan transisi kekuasaan damai dengan Taliban, soal kepergiannya itu.
Lokasi tujuan Presiden Ghani belum diketahui secara jelas. Dalam postingan media sosial dari sebuah lokasi yang tidak diketahui, Presiden Ghani merilis pernyataan soal alasannya meninggalkan Kabul.
"Jika saya tetap tinggal, tak terhitung jumlah warga yang akan menjadi martir dan Kabul akan menghadapi kehancuran dan berubah menjadi puing-puing yang bisa mengakibatkan bencana kemanusiaan bagi enam juta penduduknya," demikian tulis Presiden Ghani dalam pernyataannya itu.
Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, Abdullah Abdullah, melontarkan kecaman terhadap Presiden Ghani karena meninggalkan Kabul. Dia bahkan menyebut Ghani sebagai 'mantan presiden' dalam pernyataannya.
"Fakta bahwa mantan Presiden Afghanistan meninggalkan negaranya dan menempatkan rakyat dan negaranya dalam situasi buruk, Allah yang akan meminta pertanggungjawabannya dan rakyat Afghanistan juga akan menghakiminya," tegas Abdullah dalam pernyataan video seperti dikutip CNN.
Abdullah yang merupakan rival politik Ghani sejak lama, telah dua kali mengubur permusuhannya demi bermitra dengan Ghani dalam pemerintahan. Dia bersama mantan Presiden Hamid Karzai telah berulang kali mendorong Presiden Ghani untuk menempatkan kompromi di atas upaya mempertahankan kekuasaannya. Keduanya tertegun oleh kepergian Presiden Ghani yang tergesa-gesa dari Kabul.
Taliban berhasil menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan pada Minggu (15/8) waktu setempat. Kelompok militan ini secara mengejutkan berhasil merebut nyaris seluruh wilayah Afghanistan hanya dalam waktu sepekan, meskipun miliaran dolar Amerika telah dihabiskan oleh Amerika Serikat (AS) dan NATO selama nyaris dua dekade untuk membangun pasukan keamanan Afghanistan.(detik)