GELORA.CO - Pengakuan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang mendapat perintah untuk memasang baliho Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani menyiratkan berbagai spekulasi.
Salah satunya, spekulasi bahwa Gibran sudah berani membuka rahasia yang menjadi skenario PDI Perjuangan ke publik. Pengakuan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu bahkan bisa ditafsirkan bahwa istana dan PDI Perjuangan punya kepentingan berbeda.
Begitu urai pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu, Jumat (6/8).
"Begitulah yang terjadi, begitulah keadaannya yang saat ini terjadi. Istana (Jokowi) dan PDIP (Megawati) punya kepentingan yang berbeda," katanya.
Meski demikian, pengakuan Gibran tersebut dalam politik adalah hal biasa dan lumrah. Begitu juga soal adanya perbedaan kepentingan dan pendapat dalam sebuah partai politik, termasuk di PDI Perjuangan.
"Yang tak boleh kan berbeda pendapatan di antara mereka. Hehe," kelakarnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini juga memahami kondisi Jokowi di 2024 sudah tidak bisa mencalonkan presiden lagi. Sehingga PDIP mesti ambil langkah-langkah sendiri tanpa Jokowi.
“Karena PDIP itu Megawati, bukan Jokowi," pungkasnya.
Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka memasang baliho bergambar Ketua DPR RI Puan Maharani di 14 titik jalan di Solo.
Kepada wartawan, Gibran mengaku bahwa pemasangan baliho tersebut dilakukan atas instruksi dari PDIP sebagai partai yang mengusungnya di Pilkada Kota Solo 2020.
"Iya. Itu ada instruksi dari partai," katanya usai meninjau Pasar Klewer bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (5/8).[rmol]