GELORA.CO - Seorang bocah usia 7 tahun, Aurel harus menjalani isolasi seorang diri di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut).
Pihak keluarga tidak terima karena khawatir akan kondisi Aurel yang harus menjalani isolasi di rumah sakit seorang diri.
Kisah Aurel ini terekam dalam sebuah video dan beredar di media sosial. Juru Bicara Satgas COVID-19 Sulut dr Steven Dandel membenarkan video itu dan mengatakan apa yang terjadi hanya salah paham.
"Salah paham saja itu," kata Steven saat dimintai konfirmasi detikcom, Minggu (25/7/2021) malam.
Dandel enggan berkomentar lebih jauh dan menyerahkan ke pihak Bapelkes untuk memberikan klarifikasi lengkap.
"Nanti bisa klarifikasi ke dr Regina di Bapelkes," singkatnya.
Sementara itu, paman Aurel Andy Rompas mengatakan Aurel bersama Ibu dan adiknya tiba di Pelabuhan Manado pada Jumat (23/7). Mereka baru datang menggunakan kapal laut dari Jailolo, Maluku Utara.
Sama seperti penumpang kapal lainnya, Aurel dan keluarganya itu harus menjalani tes swab antigen dan hasilnya Aurel reaktif COVID-19, sementara ibu dan adiknya negatif. Aurel kemudian dibawa ke rumah singgah Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) untuk dilakukan tes PCR.
Pihak Bapelkes kemudian meminta Aurel diisolasi seorang diri, namun orang tua menolak sehingga terjadi adu mulut. Pihak Bapelkes kemudian meminta orang tua Aurel pergi karena dinilai telah menghalangi tugas mereka, sehingga Aurel diisolasi sendiri.
Malamnya, Andy Rompas dan keluarga Aurel lainnya datang ke Bapelkes untuk meminta Aurel dikeluarkan. Keributan pun terjadi dan terekam video, yang kemudian beredar di media sosial.
"Kalau terjadi apa-apa sampai sakit ngana (kamu) mau tanggung jawab? Kalau dia ketakutan sampai dia stres mau tanggung jawab kalau dia mati," kata Andy dalam video yang beredar.
Seorang wanita yang juga keluarga Aurel, Nancy Angela, ikut meminta petugas kesehatan mengeluarkan Aurel. Nancy juga ikut berteriak dan meminta petugas segera mengeluarkan Aurel.
"Mana, mana saya punya kemenakan, kasih keluar, ambil, dia baru OTG kenapa mau ditahan, aturan dari mana?" teriak Nancy dalam video itu.
Nancy membenarkan wanita marah dalam video itu dirinya. "Torang (kami) anak basudara (keluarga). Torang dengar jadi torang bantu. Itu noh kita (saya) yang teriak-teriak pakai topi," kata Nancy.
detikcom sudah menghubungi pihak Bapelkes Sulut terkait peristiwa ini. Namun pihak Bapelkes belum memberikan komentar.(detik)