GELORA.CO - Pernyataan Menteri Koordinator Politik, hukum dan Keamanan (Polhukam) Mahfud MD yang menuding ada "kelompok tidak murni" dalam seruan aksi nasional "Jokowi End Game" adalah bentuk halusinasi politik.
Demikian pandangan pengamat politik Universitas Nasional Andi Yusran saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu sore (25/7).
Menurut Andi, perkataan Mahfud MD mengindikasikan potret elite pemerintahan Jokowi alergi terhadap kritik publik. Khususnya, pada oposisi yang selalu memberikan masukan kritis jalannya pemerintahan.
"Pernyataan Mahfud itu ‘halusinasi politik’, itu potret elite yang terlalu ‘alergi’ dengan sikap oposan dan anti kritik," demikian kata Andi Yusran.
Imbas sikap anti kritik itu, kata Andi, pembantu Presiden Joko Widodo di bidang politik keamanan itu kerap memberi tuduhan bagi mereka yang kritis.
Apalagi, faktanya rencana aksi yang akan dilakukan Sabtu (24/7) ternyata tidak ada.
Lebih lanjut, Andi menganalisa sebab pemerintahan Jokowi kerap berhalusinasi merespons kritik.
Kata Andi, secara psikologi para elite politik penguasa sedang galau menghadapi masalah negara.
Doktor politik Universitas Padjajaran itu mencontohkan pandemi Covid-19 yag terjadi lebih dari setahun itu telah memporak-porandakan agenda kerja politik pemeirntahan Jokowi.
"Mengapa elite berkuasa kerap berhalusinasi dan over reaktif menanggapi aksi demonstrasi? Ini terjadi karena secara psikologis (psikopolitik) ada perasaan galau karena gagal memenuhi ekspektasi publik terkait Covid-19," demikian kata Andi.
Menko Polhukam Mahfud MD menuding seruan aksi nasional bertema "Jokowi End Game" yang ramai di media sosial ditunggangi oleh kelompok yang tidak murni yang beniat memanfaatkan situasi.
"Ada kelompok murni dan ada kelompok tidak murni yang masalahnya itu hanya ingin menentang saja, memanfaatkan situasi," ucap Mahfud dalam konferensi pers terkait situasi politik dan keamanan, melalui kanal YouTube Kemenko Polhukam, Sabtu (24/7). [rmol]