Surat PCR Hangus Gara-gara Penerbangan Ditunda, Penumpang Lion Air Ngamuk

Surat PCR Hangus Gara-gara Penerbangan Ditunda, Penumpang Lion Air Ngamuk

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Calon penumpang Lion Air mengamuk gara-gara surat keterangan hasil tes PCR (polymerase chain reaction) miliknya dinyatakan hangus setelah jadwal penerbanngan ditunda.

Calon penumpang Lion Air dari Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, Bali dengan tujuan Bandara Hassanudin, Makassar, itu bernama Ferdinando Seferi dan Hilda Puranma Janiarti.

Keduanya marah besar setelah jadwal penerbangan mendadak ditunda dan di-reschedule oleh pihak maskapai Lion Air, Senin (26/7).

Sesuai informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali (jaringan pojoksatu.id), rencananya kedua penumpang ini akan terbang dari Bali menuju Makassar pada pukul 14.10 WITA dan tiba di Makassar pukul 15.30 WITA.

Kedua calon penumpang Lion Air ini mengaku telah mengantongi bukti hasil test Swab PCR dengan hasil negative.

Bahkan keduanya juga telah tiba di terminal keberangkatan domestik Bandara Ngurah Rai Tuban, Kuta, Badung.

Namun, tiba-tiba, pihak maskapai memberikan informasi mendadak terkait penundaan penerbangan dengan alasan PPKM diperpanjang. Padahal, surat PCR hanya berlaku 2×24 jam setelah diterbitkan.

“Keberangkatan saya semestinya tanggal 26 hari ini. Ada dua orang dengan jam keberangkatan pukul 14.10 WITA dari Bali ke Makassar. Sampai di bandara tiba-tiba ditunda besok. Padahal PCR berlaku sampai 26 Juli pukul 20.00 WITA,” terang Ferdinando.

Nah terkait penundaan jadwal penerbangan, Ferdinandi pun kemudian meminta solusi dari pihak maskapai. Ia meminta solusi terkait batas masa berlaku test PCR.

“Saya minta solusinya, bahwa saya minta bagaimana solusi terbaik persoalan ini,” ucapnya.

Ia mengaku banyak calon penumpang protes karena PCR habis masa berlakunya gara-gara jadwal penerbangan ditunda.

“Saya minta solusi pihak Lion Air perpanjangan PCR karena alasannya urus tiket. Banyak warga yang meminta solusi, biayanya mahal Rp 900 ribu dan keluarnya lama satu hari. Kalau Rp 1.200.000 keluar 5 jam. Ada dua harga hasil yang sama beda waktu saja,” ujar Ferdinando.

Meski protes, Ferdinando mengaku tidak mendapat solusi dari pihak maskapai.

Ferdinando menyebut, akibat keputusan sepihak dari maskapai, banyak penumpang yang dirugikan dengan alasan tidak jelas.

“Kami dan para penumpang lain jujur sangat dirugikan. Apalagi untuk tes PCR juga tidak murah,” cetus Ferdinando. (pojoksatu)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita