Antre Berjam-jam, Harga Tabung Naik, dan Berburu sampai Luar Kota
Distribusi oksigen kerap tersendat sehingga ada yang harus antre enam jam atau berpindah-pindah sampai tujuh toko untuk isi ulang.
Z. HIKMIA, AGAS P.H., DINDA J., DEBORA S., Jakarta, Jawa Pos
—
JALAN Minangkabau Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan, macet parah. Bukan lantaran kendaraan yang membeludak, melainkan jalanan yang menyempit.
Sebab, sebagian jalan dimanfaatkan puluhan orang yang tengah mengantre mengisi tabung oksigen di CV Rintis Usaha Bersama Oxygen Medical Depot. Pada Senin siang lalu (5/7) itu, antrean terlihat mengular hingga 5–7 meter. Warga berbaris. Kebanyakan membawa tabung dengan ukuran 1 m³.
Salah seorang yang antre, Ahmad, 59, berada di lokasi itu sejak pukul 08.00 WIB. Panjangnya antrean dan panas terik matahari tak membuatnya mundur.
Ada anggota keluarganya yang lebih berharga dibandingkan kesemutan karena berdiri berjam-jam. ”Baru jam dua (siang) tadi dapat. Baru datang isi ulangnya,” ungkapnya.
Pria yang tinggal di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, itu mengaku hampir tiap hari bolak-balik ke agen pengisian oksigen. Sebab, anggota keluarganya membutuhkan oksigen dalam masa isolasi mandiri.
Sebenarnya dia sudah membawa anggota keluarganya tersebut ke rumah sakit (RS). Namun, kondisi di RS yang tak kondusif justru membuatnya stres. Akhirnya, diputuskan untuk membawa pulang kembali. ”Di rumah sakit katanya banyak yang berteriak-teriak. Mungkin karena penuh. Jadi pulang saja,” paparnya.
Apa yang terjadi di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, itu mewakili apa yang terjadi di berbagai penjuru Indonesia pada hari-hari ini. Orang-orang antre membeli atau mengisi tabung oksigen karena banyak yang harus menjalani isolasi mandiri.
RS memang sudah kewalahan melayani pasien akibat lonjakan kasus positif Covid-19 sejak Juni lalu. Itu juga memicu krisis oksigen. Yang terjadi di RS dr Sardjito, Jogjakarta, jadi salah satu contoh.
Ahmad mengaku nyaris setiap hari mengisi tabung oksigen ke agen terdekat. Biayanya terbilang murah. Hanya Rp 18 ribu per 1 m³. Ada kenaikan sekitar Rp 3 ribu dari sebelumnya. Hanya, kekosongan oksigen di agen kerap membuat warga harus ekstrasabar menunggu barang datang. ”Yang naik banget sebenarnya tabungnya. Isinya mah murah. Tabungnya sekarang sudah jutaan,” keluhnya.
Febri –salah seorang pegawai agen CV Rintis Usaha Bersama Oxygen Medical Depot– mengatakan, antrean seperti Senin siang itu terjadi sejak sekitar sebulan lalu. Namun, kondisinya lebih ramai pada dua minggu terakhir. Dalam sehari, pihaknya bisa menghabiskan 20 tabung oksigen ukuran besar atau 6 m³.
Soal kelangkaan, dia mengamini. Stok sempat kosong karena banyaknya permintaan. Pengiriman dari perusahaan pusat juga sempat terhenti selama seminggu.
Kemarin (6/7) PT Pertamina (Persero) mengerahkan anak usahanya untuk membantu penyaluran kebutuhan oksigen. Bantuan itu juga termasuk penyediaan infrastruktur, sarana, dan fasilitas pendukung. Salah satunya melalui fasilitas ISO tank atau tangki oksigen yang dioperasikan Pertamina Group.
Dirut Pertamina Nicke Widyawati menuturkan, total ISO tank yang dikerahkan mencapai 27 tangki. ’’Saat ini Pertamina sedang mengirimkan dengan kapal laut sebanyak 21 ISO tank berkapasitas 20 ton dari Morowali, Sulawesi Tengah, dan 6 ISO tank berkapasitas yang sama dari Balikpapan, Kalimantan Timur, yang akan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Masing-masing pada 6 Juli dan 9 Juli 2021,’’ ujarnya.
Kemarin pun pengiriman tambahan oksigen 16,5 ton dijalankan Pertamina untuk RS Sardjito dan PKU Muhammadiyah, Jogjakarta. Penyaluran yang mengutamakan wilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta merupakan tindak lanjut dari informasi Satgas Oksigen Nasional atas keterbatasan oksigen di RS di wilayah tersebut.
Ratusan kilometer dari Jakarta, pembeli berdatangan ke Toko Ferdian di salah satu sudut Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk mengisi tabung oksigen. Anik Kustanti, pemilik toko, mengatakan, lonjakan permintaan oksigen terjadi dua pekan terakhir. Tepatnya, sejak meledaknya jumlah kasus pasien positif Covid-19 varian Delta.
Bahkan, Jumat (2/7) puluhan warga mengantre di depan tokonya untuk mengisi ulang. Jalan Sadewo Utara Blok E, Semarang Tengah, itu pun penuh sesak. Warga rela mengantre hingga berjam-jam untuk mengisi tabung gas berukuran 1 m³. ’’Saya juga takut waktu itu, Mas. Kan malah menimbulkan kerumunan. Kondisinya juga semrawut karena banyak warga yang datang dan mengambil tabung gas itu berbarengan,” tutur Anik.
Sejak saat itu, perempuan 37 tahun tersebut menerapkan model waiting list dengan nama dan nomor antrean. ’’Pagi waktu kami buka toko pukul 08.00 setor tabung, sorenya bisa diambil,” imbuhnya.
Dalam kondisi normal, kata Anik, toko biasanya melayani pengisian oksigen 20 tabung per hari. Pada masa sekarang, bisa sampai 60 tabung per hari. Bahkan, saat ada antrean panjang itu, bisa mencapai 100 tabung.
Depot isi ulang oksigen milik Anik melayani masyarakat umum tanpa syarat tertentu. Mau beli berapa pun dilayani. Asalkan, stok oksigen tersedia. Namun, lantaran stok isi ulang oksigen terbatas, Toko Ferdian hanya melayani isi ulang. Tidak ada kenaikan harga, Rp 50 ribu untuk tabung 1 m³ dan Rp 70 ribu untuk tabung 1,5 m³.
Anik tak sampai hati menaikkan harga jual oksigen. Sebab, banyak yang membutuhkan. Tak pantas rasanya meraup keuntungan di tengah penderitaan orang banyak. ’’Pernah ada anak muda yang sudah keliling sampai tujuh toko, terus ke sini sampai nangis-nangis minta tolong untuk isi oksigen buat bapaknya. Baru beberapa menit, dia dikabari bapaknya nggak tertolong,” ungkap ibu dua anak itu.
Toko miliknya kini tidak melayani jual atau sewa tabung gas. Sebab, harganya melonjak parah. Awal pandemi Covid-19 tahun lalu, dia menjual satu set tabung 1 m³ dan regulator seharga Rp 900 ribu. ’’Sekarang Rp 1,5 juta itu hanya tabungnya. Kalau komplet bisa Rp 1,9 juta sampai Rp 2,5 jutaan,” terang Anik.
Dari pantauan Jawa Pos di sejumlah marketplace, harga satu set tabung oksigen 1 m³ dan regulator bervariasi. Mulai yang paling murah Rp 997 ribu sampai yang paling mahal Rp 5,4 juta.
Menurut Anik, permintaan kebutuhan oksigen yang tinggi saat ini di luar prediksi. Tak jarang, distribusi pasokan dari pabrik juga terlambat datang ke toko. ’’Biasanya pukul 12.00 datang, tapi ini sore baru sampai. Kami dapat jatah 20 tabung ukuran 6 m³ per hari,” terangnya.
Pelanggan Toko Ferdian tidak hanya datang dari Kota Semarang. Ada juga yang berasal dari luar kota. Salah satunya, pelanggan yang hanya mau disebut Om Gun. Dia mengisi dua tabung oksigen ukuran 1 m³ untuk koleganya di Salatiga. ’’Ini total saya bawa tiga tabung. Satu tabung ada di mobil. Untuk teman yang sedang menjalani isolasi mandiri di hotel sama yang sedang dirawat di rumah sakit karena di sana habis,” tandasnya.[jpc]