GELORA.CO - Elektabilitas Partai Demokrat disebut mengalami sedikit penurunan, terutama sejak sejak 2014 hingga sekarang. Pemindahan kepemimpinan dari SBY ke putranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun tak terlalu berpengaruh.
Turunnya pamor Partai Demokrat perlahan mulai menurun secara tak langsung dibenarkan Ruhut Sitompul.
Ia memastikan, keluarnya dia dari partai berlambang mercy itu merupakan salah satu penyebab utamanya.
Mantan politisi Demokrat, Ruhut Sitompul sebelum loncat ke PDI Perjuangan kerap mengkritisi pemerintahan Presiden Jokowi.
Namun, menjelang periode kedua masa jabatan, Ruhut Sitompul memutuskan menjadi pendukung pemerintahan Jokowi.
“Partai Demokrat memang jadi rendah sejak aku tinggalkan, kasian deh,” tulisnya di akun media sosialnya, dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com dikutip Rabu 14 Juli 2021.
Meski demikian, Partai Demokrat masih menempati urutan ketiga dengan nilai elektoral 14,8 persen. Setidaknya, hal tersebut yang belum lama ini disampaikan lembaga survei Akar Rumput Strategic Consulting atau ARSC kepada media.
Sementara partai yang saat ini dibela Ruhut saat ini yakni PDIP menempati urutan pertama dengan raihan hampir 20 persen.
Kenyataan tersebut yang akhirnya membuat dia percaya, bahwa kepindahannya ke partai berlogo banteng itu, mempengaruhi elektablitas Partai Demokrat.
“Siapa yang aku dukung (di Pilpres), dia pasti menang,” tegasnya.
Seperti ulasan di awal, sebelum bergabung dengan PDIP, Ruhut Sitompul selalu melempar kritikan, bahkan hinaan kepada Presiden Jokowi.
Bahkan, pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 lalu, dia sempat mengatakan, Indonesia akan berantakan seandainya dipimpin sosok tersebut.
Menariknya, belum lama ini Ruhut mengaku menyesal telah membenci Jokowi di masa lalu. Sebab, setelah bergabung dengan tim relawan Jokowi dan berbaur bersamanya, dia menjadi sadar, mantan Wali Kota Solo tersebut merupakan pribadi yang baik dan berhati emas.
“Kenapa aku mendukung Pak Joko Widodo (Jokowi) dari periode satu hingga dua? Sebagai relawan pejuang bravo bersama Luhut Binsar Pandjaitan, yang sebelumnya aku berseberangan dengan Pak Jokowi, yang suka ngerasain harus tahu beliau berhati emas,” tuturnya.
Lebih jauh, dia menyarankan, seandainya ada pihak-pihak yang gemar menghina Jokowi, sebaiknya hentikan.
Sebab, jika nantinya mengenal langsung dan bertemu dengan Jokowi, mereka akan menyesali perbuatannya. Dia sendiri malu saat mengingat masa-masa sebagai penghina presiden.
“Nanti malu sendiri seperti aku dan tetap jaga etika serta sopan santun. Merdeka!” kata dia.[suara]