GELORA.CO - Budayawan Ridwan Saidi memberikan pernyataan mengejutkan.
Ia menyebut bahwa Habib Rizieq adalah seorang Satrio Piningit, sosok yang selama ini kedatangannya ditunggu-tunggu.
"Kalau saya merujuk kepada kebudayaan jawa, Habib Rizieq itu adalah Satrio Piningit, orang yang ditunggu-tunggu," ujar Ridwan Saidi dalam channel Youtube Refly Harun, dikutip pada Jumat (2/1/2021).
Ridwan kemudian membandingkan kondisi sekarang dengan kondisi perpolitikan di tahun 1950an.
Dimana, terdapat perbedaan jauh dalam pengistilahan politikus.
"Kalau kritik kepada partai-partai itu cuma satu saja dalam pandangan kita dengan tahun 1950. Tahun 1950 itu ada yang mereka katakan politikus. Politikus itu mempunyai syarat intelektualitas, punya etika. Kalau sekarang istilahnya pekerja politik. Kalau nggak ada intelektual, nggak ada etika, itu namanya pekerja politik" ungkapnya.
Namun, ada perbedaan mencolok dengan politik tahun 1950, yang mana saat ini sosok idol type itu sudah muncul, yakni Habib Rizieq.
"Sekarang sudah ada idol type yang namanya Habib Rizieq, yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Nah benar kalau serius kawan-kawan di Front Persaudaran Islam tu tinggal dirinci program yang tadi, yang termasuk ada, intelektualitas kayaknya belum ada ya?" ungkapnya.
Oleh karena itu, ia meminta agar FPI sekarang bisa bekerja untuk seluruh bangsa.
Ridwan Saidi menilai, Habib Rizieq akan merasa senang jika FPI mau bekerja untuk bangsa Indonesia.
"FPI juga bekerja untuk seluruh bangsa, berkhidmat untuk seluruh bangsa. Sehingga itu akan menggembirakan Habib Rizieq yang mempunyai tesis S2 maupun S3 tentang Pancasila kalau nggak salah, itu akan lebih baik kalau gitu," sebut Ridwan Saidi.
Ramalan tentang Satrio Piningit
Dikutip dari berbagai sumber, Satria Piningit atau Ratu Adil merupakan mitologi yang mengatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Raja tersebut disebut juga "Erucokro".
Ramalan tentang datangnya Ratu Adil ini berasal dari Prabu Jayabaya, Raja Kediri 1135-1157, yang kemudian diteruskan oleh pujangga Kraton Surakarta, Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1973).
Pertanda kedatangan Ratu Adil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam, serta jatuhnya raja besar yang ditakuti.
Pemerintahan yang mengganti raja yang ditakuti tidak berlangsung lama.
Ratu Adil bersenjata trisula weda. Sebagaimana yang disebutkan oleh ramalan Jayabaya senjata Ratu Adil adalah trisula, senjata bermata tiga dan weda.
Untuk kalimat yang satu ini dimaknai secara tersirat, karena Satrio yang dipingit tidak membawa trisula ke mana-mana.
Dalam pemaknaan trisula wedha, secara garis besar bisa dimaknai tiga menjadi satu, seperti ilmu, amal dan iman, bumi, langit, dan isinya: kiri, kanan, tengah: bener, jejeg, dan jujur, atau apa pun yang secara filsafat mengandung makna tiga menjadi satu. Hal ini, sesuai dengan derajat dewa, sehingga berkelakuan mulia.
Ratu Adil, Satria Pininggit bukan Imam Mahdi dan bukan merupakan sosok yang sama, sangat berbeda, Jawa kuno (dwipa) mengenal sosok Ratu Adil dari zaman dahulu, dia adalah sosok keturunan dari Krisna.
Dalam ugo wangsit Sliwangi tertulis jelas bahwa Ratu Adil atau budak angon (kiasan dari orang atau golongan rakyat biasa), disebutkan pula dalam ugo wangsit siliwangi bahwa ratu adil atau budak angon ditemani oleh pemuda berjanggut (orang yang dekat sebagai penasehat).
Dalam ramalan Jayabaya disebutkan bahwa Satrio Piningit itu adalah sosok ksatria pilihan yang akan muncul bersamaan puncak terjadinya goro-goro, gonjang-ganjing dan ketidakadilan di negeri ini. []