GELORA.CO - Sejumlah tempat wisata di Mojokerto serentak mengibarkan bendera putih.
Aksi ini dilakukan untuk mengetuk pintu pemerintah, terutama Presiden Joko Widodo, atas keadaan sulit yang mereka alami saat diterapkannya PPKM.
Koordinator Masyarakat Pariwisata dan ekonomi kreatif (MASPAREKRAF) Mojokerto, Wiwit Haryono mengatakan para pengelola ekonomi kreatif merasa terseok-seok dalam menyambung hidup. Bagaimana tidak, saat ladang mereka mencari rezeki ditutup, mereka juga tak mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Ini sudah di titik memprihatinkan, kami mencoba untuk mengetuk hati para pejabat negeri. Awalnya karena adanya dampak penutupan akibat PPKM. Nah menurut kami semakin nggak jelas, habis ada tahap pertama, kelanjutan, perpanjangan dan sebagainya. Itu pun tidak ada kepastian kapan bisa bekerja lagi," kata pria yang akrab disapa Sarko kepada detikcom, Selasa (27/7/2021).
"Sedangkan kami, yang tergabung dalam masyarakat pariwisata dan ekonomi kreatif Mojokerto ini yang core bisnis intinya di pariwisata. Di situ ada UMKM, ada pedagang kaki lima, ada tenaga kerja di lingkup pariwisata dan sebagainya, ini kan macet total," imbuhnya.
Untuk itu, Sarko mengatakan aksi mengibarkan bendera putih ini diharap mampu membuka mata hati para pemangku kebijakan.
"Kalau satu atau dua minggu, kami bisa survive. Sementara tidak ada bantuan apapun dari pemerintah. Pemerintah setelah mengeluarkan kebijakan tutup total, tapi tanpa ada solusi apapun. Saat ini yang kami coba untuk mengetuk hati bupati, mengetuk hati Pak Jokowi," tambahnya.
Untuk menyambung hidup, Sarko mengatakan pihaknya melakukan gotong royong dengan anggota lain. Jika ada yang kelebihan beras atau makanan, akan disumbangkan kepada teman lain yang membutuhkan.
"Sementara kami berbagi. Dari yang katakanlah ada pengelola, ada karyawan. Ada pedagang kaki lima. Kita berbagi kalau ada beras saling berbagi yang penting bisa makan dulu. Yang paling tragis ini dagangan teman-teman di sektor UMKM, kan rusak dagangannya. Buka pun, kami juga butuh modal awal dan ini kami masih bingung," jelasnya.
"Ini mulai spontan, mulai dari hari Jumat-Sabtu kemarin di beberapa wilayah terutama di kawasan wisata terpadu Pacet, terus ada yang di Sendi, ada di Trowulan, Jatirejo, Kemlagi, Trawas dan disusul semua teman-teman di sektor pariwisata," ungkapnya.
Namun sayang, setelah hampir lima hari berjalan, Sarko mengaku tidak mendapat respons sama sekali dari pemerintah daerah. Padahal, pihaknya ingin ada bantuan setidaknya sembako untuk menyambung hidup.
"Kalau dari Bupati sampai saat ini belum ada. Jadi kapan hari kita pernah dikumpulkan. Kami berharap ada sentuhan dari Bupati, ternyata malah sosialisasi SE. Kita juga diskusi, tanya, katanya juga nggak ada bansos dan ini teman-teman makin panik," kata Sarko.
Di kesempatan yang sama, Sarko berharap untuk jangka pendek dan paling urgent, pihaknya membutuhkan jaminan sosial.
"Paling tidak untuk menyambung hidup, untuk kebutuhan pokok," ujarnya.
Sedangkan yang kedua, Sarko berharap pemerintah bisa memberikan pelonggaran dan mengizinkan tempat wisata bisa dibuka. Agar, pihaknya bisa mencari rezeki, namun tetap dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Yang ketiga kami mohon ada dukungan modal kerja. Karena untuk memulai ini juga, kami bingung, saving kita sudah terkuras, mau buka ya butuh modal lagi," harap pengelola kolam air panas JACUZZI Pacet ini.(detik)