Oleh:Adian Radiatus
INDONESIA kehilangan panutan besar seorang anak bangsa pejuang dan penjaga Pancasila yang begitu memahami apa arti konsepsi Pancasila bagi keutuhan bangsa dan negaranya.
Di samping itu kekuatan dan keteguhannya menyatakan mana benar mana keliru bagi keadilan rakyat telah sangat menggetarkan tampuk kekuasaan dimasanya ini.
Rachmawati Soekarno adalah simbol kesempurnaan generasi Indonesia Merdeka di mana sang ayah memproklamasikan Negaranya dan sang bunda menjahitkan bendera nasionalnya.
Adalah sangat menyakitkan hati nurani bangsa ini bila sosok dengan darah kesejatian seperti itu harus mengalami penganiayaan politik justru di masa reformasi bangsa tengah menjalani metamorfosisnya menuju Indonesia yang demokratif dan mandiri.
Penyematan pelaku makar di seputar tahun 2017 yang dihadapinya entah masih berstatus quo tersangka hingga kini adalah tindakan paling hina yang dilakukan rezim yang dengan gagah merasa sebagai pemenang pilpres. Rachmawati dilalimi seakan saat komunis hendak mengikis ideologi Pancasila.
Keluarga besar Bung Karno beserta Pemerintahan Jokowi seyogianya menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat karena tak dapat menjaga dan melindungi serta menerima dengan jiwa besar segala kritik nurani hati seorang Rachmawati bagi bangsa yang dicintainya ini.
Rachmawati jelas salah satu pahlawan perjalanan reformasi demokrasi negeri ini tetapi dia justru direpresif atas nama perbuatan makar yang sangat barbar beraroma ala diktaktor.
Suatu cermin nyata tipikal komunisme yang kemudian semakin terlihat dalam cara rezim ini menangani para oposan pencinta negeri ini.
Ditengah jiwa nasionalis bangsa yang semakin terkikis, Rachmawati pergi meninggalkan kita semua namun semua rekam jejak perjuangannya patut menjadi catatan khusus dalam lembaran sejarah reformasi Indonesia yang saat ini sedang tercabik-cabik akibat 'lip service' sebagaimana kata para mahasiswa yang militansi nasionalismenya begitu kuat.
Semoga Almarhumah Rachmawati dapat sedikit tersenyum di alam baka sana.
(Pengamat sosial politik)