GELORA.CO - Perubahan iklim yang merupakan ancaman yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh banyak negara di dunia.
Oleh karena itu, tidak heran jika Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyoroti isu tersebut secara khusus dalam pidatonya di Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) pada Selasa lalu (27/7).
Ini adalah pernyataan resmi perdana Biden sebagai presiden di hadapan ODNI.
Untuk diketahui, ODNI merupakan lembaga tingkat senior yang memberikan pengawasan kepada Komunitas Intelijen. ODNI mengawasi 17 organisasi intelijen Amerika Serikat.
Dalam pidatonya, Biden menegaskan bahwa meski terlibat konflik atau ketegangan di isu lain dengan China dan Rusia, namun Amerika Serikat siap bekerjasama dengan mereka dan negara-negara lain di dunia untuk memerangi perubahan iklim yang nyata.
"Bahaya bersama ini berdampak pada semua negara. Tantangan iklim telah mempercepat ketidakstabilan di negara kita sendiri dan di seluruh dunia, peristiwa cuaca ekstrem yang lebih umum dan lebih mematikan, kerawanan pangan dan air, naiknya permukaan laut, mengakibatkan perubahan iklim dan mendorong migrasi yang lebih besar dan menimbulkan risiko mendasar bagi komunitas yang paling rentan," papar Biden, sebagaimana transkrip pidato tertulisnya yang dipublikasikan di situs resmi Gedung Putih.
Dia menggaungkan kembali ancaman perubahan iklim yang menanti di depan mata.
"Saya tidak akan pernah melupakan pertama kali saya terjun sebagai Wakil Presiden, setelah saya terpilih. Departemen Pertahanan mengatakan apa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika (adalah) perubahan iklim," tegasnya.
Biden lebih lanjut menjelaskan bahwa ketika permukaan air laut naik 2,5 kaki saja, akan ada jutaan orang yang bermigrasi di bumi ini untuk memperebutkan tanah yang subur.
"Anda melihat apa yang terjadi di Afrika Utara. Apa yang membuat kita berpikir ini tidak penting? Itu bukan tanggung jawab Anda, tetapi itu adalah sesuatu yang Anda tonton karena Anda tahu apa yang akan terjadi," kata Biden.
"Orang-orang yang adalah Muslim, dan satu-satunya perbedaan adalah kulit hitam dan/atau Arab, saling membunuh ribuan demi lahan subur, sebidang tanah subur, di Afrika Tengah Utara," sambungnya.
Bahkan secara eksplisit dia menyinggung soal dampak perubahan iklim yang akan mungkin menanti Indonesia.
"Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?" ujar Biiden.
"Ini penting. Ini adalah pertanyaan strategis sekaligus pertanyaan lingkungan," sambungnya.
Lebih lanjut Biden menjelaskan bahwa wilayah Arktik yang memanas secara dramatis membuka persaingan untuk sumber daya yang dulunya sulit diakses.
"Itulah yang saya maksud tentang perubahan dunia. Apa yang akan terjadi pada doktrin strategis kita dalam 2, 5, 10, 12 tahun ke depan, ketika Anda dapat menghindari Kutub Utara tanpa pemecah es?" ujar Biden.
"Jadi, sama seperti Anda yang selalu penting saat kami berusaha melawan ancaman tradisional, Komunitas Intelijen akan menjadi sangat penting bagi kekuatan Amerika saat kami menghadapi tantangan baru dan ancaman hibrida ini," tegasnya.(RMOL)