Ibarat Sepak Bola, Adhie Massardi: Kapolri Diving, Tidak Ada VAR, Gus Dur Diganjar Penalti, Megawati Menang

Ibarat Sepak Bola, Adhie Massardi: Kapolri Diving, Tidak Ada VAR, Gus Dur Diganjar Penalti, Megawati Menang

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Fakta sejarah pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 20 tahun silam seperti menjadi memori politik yang segar.

Pemakzulan melalui Sidang Istimewa yang terjadi 23 Juli 2001 itu terus hangat menjadi perbincangan. Termasuk membicarakan siapa dalang sesungguhnya dari pelengseran Gus Dur.

Mantan Jurubicara Presiden Gus Dur, Adhie M. Massardi mengibaratkan pelengseran Gus Dur seperti permainan sepak bola.

Melalui laman Twitter pribadinya Adhie mengatakan, Kapolri kala itu Jenderal S. Bimantoro melakukan insubordinasi yang diistilahkan Adhie diving.

Imbas diving Kapolri, akhirnya Gus Dur diganjar penalti berupa Sidang Istimewa Majelis Permusyawratan Rakyat (SI MPR).

"23-07-2001, ibarat sepakbola, Kapolri yang insubordinasi lakukan diving. Gus Dur diganjar penalti SI MPR," demikian cuitan Adhie, Sabtu (24/7).

Lebih lanjut Adhie mengutarakan, kala itu tidak ada video assistance referee (VAR). Sistem VAR dalam sepak bola modern berfungsi mengecek dan memastikan apakah setiap pemain melakukan pelanggaran kepada lawan atau tidak.

Bukan hanya itu, sistem VAR kerap menentukan apakah gol terjadi atau tidak, termasuk menentukan si pemain offside atau tidak saat hakim garis tidak bisa menjangkau striker yang menggiring bola ke gawang lawan.

Kata Adhie, andai saja ada sistem serupa VAR akan nampak permainan pelengseran Gus Dur tidaklah fair.

Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) itu mengenang, Gus Dur berusaha menahan laju bola politik lawan dengan mengeluarkan dekrit, namun tidak berhasil.

Kegagalan itupun bermuara pada pelengseran, dan Megawati yang ketika itu menjadi Wapres akhirnya menang dan menggantikan Gus Dur.  

"Sayang gak ada VAR video assistant referee yg bisa jelaskan ini permainan unfair. Gus Dur ngeblok dengan Dekrit dibaca Yahya (saya di belakangnya). Tapi gagal. Gol! RI-2 menang!" demikian cuitan Adhie.

Sebelumnya saat menjadi narasumber talk show “20 Tahun Pemakzulan Gus Dur, Siapa Sang Dalang?” yang disiarkan langsung di akun YouTube Refly Harun, Adhie juga mengibaratkan Amien Rais sebagai sosok Kebo Ijo.

Pemakzulan Gus Dur diyakini Adhie bukan karena penerbitan Dekrit atau Maklumat Presiden pada dinihari 23 Juli 2001.

Melainkan, karena ada pertarungan politik antara Presiden Gus Dur dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

Untuk menggambarkan krisis politik pada masa-masa itu, Adhie Massardi menggunakan kisah pembunuhan Tumapel Tunggul Ametung oleh pengawalnya Ken Arok. Kisah ini terjadi di era Raja Kertajaya yang berkuasa di Kediri pada kurun 1185-1222.

Dalam kisah itu, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris yang dibuat oleh Mpu Gandring. Sebelum pembunuhan itu, Ken Arok memperlihatkan keris itu kepada sahabatnya sesama pengawal, Kebo Ijo.

Kebo Ijo inilah yang memamerkan keris buatan Mpu Gandring ke mana-mana sehingga kebanyakan orang mengira keris itu adalah milik Kebo Ijo.

Di akhir cerita, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan keris buatan Mpu Gandring. Adapun Kebo Ijo menjadi pihak yang dituduh melakukan pembunuhan itu.

Posisi Amien Rais di masa krisis politik 2001, sebut Adhie Massardi, seperti Kebo Ijo.

Amien Rais dituduh sebagai pihak yang paling berkepentingan di balik kejatuhan Gus Dur karena dia yang awalnya mendukung Gus Dur belakangan kerap mengkritik Gus Dur.

Fakta politik memperlihatkan Amien Rais adalah pemegang palu MPR RI.(RMOL)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita