GELORA.CO - Tentara Kolombia yang sangat terlatih terlantar tanpa tujuan setelah pensiun dan sering bekerja di luar negeri sebagai kontraktor militer swasta dari Irak ke Yaman, kata pejabat dan pakar militer mengatakan pada Jumat, menyusul pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise yang melibatkan tentara bayaran asal Kolombia pada Rabu kemarin.
Setidaknya 17 mantan anggota militer Kolombia termasuk di antara tersangka dalam pembunuhan Jovenel Moise, yang ditembak Rabu dini hari di rumahnya oleh apa yang menurut para pejabat Haiti sebagai kelompok tentara bayaran asing.
Pembunuhan itu telah membawa Haiti lebih dalam ke dalam kekacauan politik di tengah meluasnya kekerasan geng. Motif pembunuhan atau dalangnya masih belum diketahui.
Tetapi bagi mereka yang ingin menyewa tentara bayaran, Kolombia adalah pilihan yang populer. Konflik internal negara Amerika Selatan selama hampir 60 tahun telah memberikan tempat pelatihan yang produktif bagi tentara.
Sejumlah barang bukti yang disita dari para pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise ditunjukkan kepada media di Port-au-Prince, Haiti, 8 Juli 2021. Para pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise adalah tim komando bersenjata lengkap yang terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua orang Haiti-Amerika. REUTERS/Estailove St-Val
Bagi mereka yang dilatih sebagai bagian dari unit elit kontra-terorisme, pensiun bisa datang pada usia 40-an, menyebabkan banyak purnawirawan yang bingung apa yang mereka lakukan setelahnya.
"Perekrutan tentara Kolombia untuk pergi ke bagian lain dunia sebagai tentara bayaran adalah masalah yang sudah ada sejak lama, karena tidak ada undang-undang yang melarangnya," kata panglima angkatan bersenjata Kolombia Jenderal Luis Fernando Navarro, dikutip dari Reuters, 10 Juli 2021.
"Ada sejumlah besar tentara Kolombia di Dubai, misalnya," papar Jenderal Navarro.
Uni Emirat Arab telah menjadi klien penting mantan tentara Kolombia, mengirim mereka untuk memerangi Houthi yang didukung Iran di Yaman, bersama tentara bayaran dari Panama, El Salvador dan Cile, menurut Sean McFate, seorang peneliti senior di lembaga pemikir Atlantic Council dan profesor di Georgetown University dan National Defense University.
Jenderal Navarro mengatakan bahwa pensiunan tentara diberi kesempatan untuk mengambil kelas dengan sistem perguruan tinggi teknik Kolombia tetapi militer tidak mengawasi pensiunan.
"Orang Kolombia sering direkrut sebagai tentara bayaran karena semua pengalaman mereka," kata kepala militer Jenderal Eduardo Zapateiro.
"Sayang sekali karena kami melatih mereka untuk hal-hal lain," katanya.
Tentara Kolombia dengan pengalaman dalam kontra-pemberontakan dan anti-terorisme perkotaan, atau yang telah menerima pelatihan di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Israel, umumnya menjadi sasaran perekrutan, kata sumber militer kepada Reuters.
Komandan Pasukan Militer Kolombia, Jenderal Luis Fernando Navarro berbicara dalam konferensi pers tentang partisipasi beberapa warga Kolombia dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, di Bogota, Kolombia 9 Juli 2021. [REUTERS/Luisa Gonzalez]
Semua pria muda Kolombia diharuskan menghabiskan setidaknya satu tahun melakukan dinas militer atau sebagai polisi nasional, meskipun mereka yang kuliah di universitas dan mampu membayar biaya dikecualikan.
Menjadi tentara penuh waktu mungkin merupakan salah satu dari sedikit pekerjaan formal yang tersedia bagi mereka yang berlatar belakang miskin, terutama di daerah pedesaan yang dilanda konflik.
Pekerjaan itu menghasilkan sedikit uang, berbahaya, dan jauh dari orang yang dicintai, serta menghadapi ketidakpercayaan angkatan bersenjata di tempat-tempat di mana tentara telah dituduh dan kadang-kadang dihukum karena pelanggaran hak asasi manusia.
McFate mengatakan bahwa, di saat perusahaan AS seperti Blackwater tetap menjadi kontraktor militer swasta paling terkenal, sejumlah mantan tentara bayaran dari negara lain sekarang meniru penyedia AS.
"Setiap hari kelompok militer swasta baru muncul dari negara-negara seperti Rusia, Uganda, Irak, Afganistan, dan Kolombia. Layanan mereka lebih kuat daripada Blackwater, menawarkan kekuatan tempur yang lebih besar dan kemauan untuk bekerja demi penawar tertinggi dengan sedikit memperhatikan hak asasi manusia," tulis McFate dalam laporannya.
"Mereka adalah tentara bayaran yang sebenarnya," katanya. [tempo]