GELORA.CO - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara kecewa dengan sikap perusahaan BUMN Kimia Farma yang akan memberikan layanan vaksin berbayar bagi masyarakat.
Koordinator Pusat BEM Nusantara, Dimas Prayoga berpandangan, rencana tersebut menjadi paradoks di saat seluruh masyarakat didorong untuk mau disuntik vaksin.
“Di saat mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat bahu-membahu menyukseskan program vaksinasi, ternyata hari ini pihak BUMN malah menjadikan vaksin sebagai komuditas bisnis,” ujar Dimas dalam keterangannya, Minggu (11/7).
Saat ini, mahasiswa telah berupaya mengedukasi masyarakat untuk terus menaati protokol kesehatan. Selain itu, Dimas dan teman-temanya juga memberikan edukasi tentang khasiat vaksin kemasyarakat.
Adanya vaksin berbayar dikhawatirkan membuat masyarakat justru akan memilih untuk tidak mau terlibat. Padahal, Indonesia harus gencar melakukan vaksin sebagaiamana arahan Presiden Joko Widodo agar terbebas dari Covid-19.
“Kami dari dari BEM Nusantara sudah bersusah-payah mengedukasi dan memberikan penyadaran kepada masyarakat agar mau melakukan vaksin dengan harapan Indonesia bisa pulih dari Covid-19,” cetusnya.
Menurutnya, sikap Kimia Farma mengecewakan para mahasiswa yang sudah membantu menyosialisasikan kebijakan pemerintah. Karena itu, Dimas dan para mahasiswa menolak adanya komersialisasi vaksin karena tidak beprikemanusiaan.
“Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Kami BEM Nusantara dalam hal ini tegas untuk menolak komersialisasi vaksin,” tegasnya.
Dimas juga meminta kepada Presiden Jokowi untuk menegur Menteri BUMN Erick Thohir dan mengurungkan kebijakan tersebut.
“Saya kira dalam hal ini Pak Jokowi selaku Presiden RI harus tegas dan dapat memberikan teguran keras terhadap Menteri BUMN serta stop komersialisasi vaksin dengan dalih apa pun,” tandasnya. (RMOL)