GELORA.CO - Tim Forensik Polda Sulawesi Utara (Sulut) selesai melakukan autopsi terhadap jenazah Wakil Bupati Sangihe Helmud Hontong.
Helmud diduga meninggal dunia akibat komplikasi penyakit yang sudah lama diderita.
"Sudah dilakukan autopsi dan penyebab kematian (Wakil Bupati Sangihe) diduga karena komplikasi penyakit menahun yang diderita. Pada saat pemeriksaan tidak ditemukan adanya racun," ujar Kabid Humas Polda Sulut Kombes Jules Abraham Abast saat dimintai konfirmasi detikcom, Senin (14/6/2021).
Autopsi jenazah Wakil Bupati Sangihe dilakukan di ruang pemulasaraan jenazah Rumah Sakit Liung Kendage Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulut, pada pukul 05.30 Wita tadi.
Abraham menegaskan tim forensik tidak menemukan dugaan Wakil Bupati Sangihe meninggal akibat diracun.
"Kurang-lebih dua jam melakukan autopsi, Tim Forensik Polda Sulut menyatakan hasil sementara dari penyebab meninggalnya pejabat ini bukan disebabkan oleh racun," jelasnya.
Meski demikian, Polda Sulut masih menunggu hasil autopsi yang dikeluarkan secara resmi oleh Tim Forensik Polda Sulut.
"Hasilnya sementara ini diduga karena komplikasi penyakit menahun. Komplikasi penyakit yang sudah lama (ada riwayat penyakit)," ujarnya.
Dijelaskan Kombes Jules, Tim Forensik tetap mengambil beberapa sampel organ tubuh dari almarhum untuk diperiksa di lab forensik dan masih menunggu hasil dari labfor terhadap organ tubuh yang diperiksa kurang-lebih 2 minggu.
"Untuk hasil lengkap kurang-lebih sekitar dua mingguan," tuturnya.
Sebelumnya, kematian Wakil Bupati Sangihe Helmud Hontong dinilai janggal. Polisi yang turun tangan menyelidiki sebab kematian Helmud dinanti untuk mengungkap penyebab sebenarnya korban meninggal dunia.
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mencium kejanggalan dari kepergian Helmud yang tak wajar. Terlebih lagi, Helmut terkenal dengan sikap penolakannya terhadap tambang di Sangihe.
"Ini mengagetkan. Kedua, misterius dan agak janggal kematiannya. Kenapa seperti itu? Karena dia ini kan menjadi sorotan, high profile karena dia ini kepala daerah yang menolak tambang juga. Bahkan dia juga mengirim surat ke ESDM. Suratnya juga sudah beredar," kata Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah Ismail saat dihubungi, Jumat (11/6).
"Ini janggal karena dia sehat-sehat aja, tapi tiba-tiba mendadak kolaps," imbuhnya.(dtk)