GELORA.CO - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menilai orang-orang Indonesia tidak bisa disiplin. Tetapi, Megawati mengatakan jangan anggap remeh kalau urusan gotong royong.
Kedisiplinan masyarakat Indonesia disinggung Megawati saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan bidang Kepemimpinan Strategik dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI yang disiarkan melalui YouTube Unhan Official, Jumat (11/6/2021). Saat itu Megawati membahas soal pandemi Covid-19 yang tidak kunjung berakhir di tanah air.
"Saya bilang kepada Pak Jokowi, orang Indonesia itu sekarang memang enggak bisa disiplin pak, karena menurut saya barangkali menurut ilmu psikologi sedang merasakan kemerdekaannya," kata Megawati.
Namun, Megawati melihat sisi positif yang ditunjukkan masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19 yakni soal gotong royong. Ia mengamati bagaimana masyarakat saling bantu di tengah sulitnya masa pandemi.
Bahkan Megawati juga tahu ketika banyak anak muda yang kompak menyisihkan uangnya untuk dijadikan nasi bungkus dan diberikan bagi orang-orang membutuhkan.
"Kegotongroyongan yang luar biasa loh, pak, sangat tercerminkan, loh, pak. Saya bisa melihat, umpamanya tetangga saja yang tadinya tidak kenal saling bertukar makanan," ujarnya.
"Belum lagi anak muda bikin grup-grup bikin nasi bungkus, iuran uangnya kasih ke pemulung itu saya lihat lho, dan memang yang namanya budaya gotong royong memang budaya kita," tambahnya.
Megawati lantas mengingat kembali bagaimana sang ayah, Presiden ke-1 RI Soekarno mengatakan kalau Pancasila itu hasil dari menggali bumi pertiwi. Upaya Soekarno itu kemudian dinikmati oleh masyarakat sekarang.
Sikap gotongroyong semacam itu menurut Ketua PDI Perjuangan tersebut lah yang harus terus dibudayakan. Di mana masyarakat itu harus memiliki rasa sebagai sesama bangsa.
"Saya bilang roso (rasa) itu dibangkitkan kembali bukan pikiran bukan dengan ceramah dan sebagainaya. Roso itu kaya apa sih, kalau ada orang tua enggak punya saudara kita peluk saja, dia pasti akan merasakan roso bahwa masih ada orang yang masih roso sama saya. Bukannya cengeng bukan, itulah sifat kegotongroyongan bangsa Indonesia." []