Oleh:Adian Radiatus
KALAU Presiden Soekarno sangat berkharismatik, maka Presiden Soeharto sangat tampak berwibawa. Tak hanya saat berbicara, bahkan ketika tersenyum sekalipun. The smiling general.
Wibawanya begitu natural dan rasanya sulit menemukan duplikasinya di kepemimpinan Indonesia kini.
Warna kehidupan rakyat di era presiden kedua itu dapat dikatakan berkurva naik dengan pasti dan sesuai program Rencana Pembangunan Lima Tahunannya atau dikenal dengan sebutan Repelita.
Suatu senyawa program yang demikian realistis antara sumber daya manusia dan kekayaan alam yang dieksploitasi secara terkendali.
Dunia ekonomi selalu dicermati dengan seksama mulai dari hal terbawah, yaitu harga sembilan bahan pokok di pasar rakyat hingga kebutuhan nasional.
Juga penentuan subsidi terkait hajat orang banyak. BBM, listrik, dan pendidikan menjadi prioritas dukungan bagi kesejahteraan rakyat kala itu.
Pinjaman luar negeri dan dunia usaha serta investasi dicermati dengan tak kurang rapat kabinet terbatas bidang ekuin hampir setiap minggu dilakukan oleh Soeharto.
Target swasembada beras ditetapkan dan terus dikejar hingga tercapai pada masa itu.
GBHN menjadi pedoman buku pintar Kabinet di semua periode kepemimpinannya.
Kehidupan politik juga tetap dijaga dan dikembangkan sesuai kepentingan nasional, baik dalam negeri dengan mekanisme butir keempat Pancasila, maupun dengan luar negeri melalui politik bebas aktifnya yang piawai dan lugas di mata para pengamat, setelah Soeharto berhasil melewati masa-masa kritis MPRS menjadi MPR secara konstitusional.
Tak pelak lagi Soeharto di balik semua rongrongan separatis yang harus dihadapinya dan juga semakin tajamnya mimbar akademik yang menentangnya disuatu kurun waktu masing-masing, fokus pembangunan berprioritas kesejahteraan rakyat terus bergulir tiada henti.
Soeharto tak pernah mau gegabah memakai kekuasaannya kalau berdasarkan analisis aparat keamanan tidak membahayakan negara.
Semua umat beragama dan tentunya Islam dapat hidup aman tenteram dan tidak ada toleransi yang semu.
Dapat dikatakan semua sila dalam ideologi Pancasila dapat berjalan demikian lengkap dan bersinergi satu dengan lainnya.
Kehadiran Pancasila menjadi sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman ini juga tidak terlepas dari program P4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang merupakan program nasional untuk kebangsaan dan ideologi negara.
Dan kini di saat 100 tahun mengenang kelahirannya, 8 Juni 2021, rakyat Indonesia sedang dilanda keprihatinan dalam berbagai strata kehidupan rakyatnya.
Tentu semua ini tak lain adalah bicara tentang sebuah kepemimpinan, suatu 'leadership' yang mumpuni yang dibutuhkan sebuah negara besar. Indonesia kita
(Pemerhati Masalah Sosial dan Politik)