GELORA.CO - Ketua Gema Puan Maharani Nusantara Jawa Timur Marsiswo Dirgantoro mengatakan, organisasi relawan itu secara nasional terbentuk pada awal 2020. Ketika itu, kata Marsiswo, dalam sebuah reuni aktivis ’98 di Jakarta, tercetus ide untuk mendorong tokoh nasional yang layak menjadi calon presiden pada 2024.
“Dasarnya adalah Pak Jokowi sudah dua periode, sehingga kami perlu memunculkan tokoh kaliber nasional yang layak dipromosikan,” kata Marsiswo saat dihubungi Senin, 31 Mei 2021.
Menurutnya, kader-kader PDI Perjuangan merupakan tokoh-tokoh yang pantas diusung karena partai tersebut merupakan pemenang pemilu. Mereka pun merinci nama-nama kader yang dinilai punya prospek sebagai capres, termasuk Puan Maharani. “Ganjar Pranowo awalnya masuk list, tapi kami menilai beliau punya kelemahan-kelemahan yang bisa jadi sasaran kampanye hitam,” katanya.
Marsiswo berujar Ganjar mudah diserang karena namanya sering dikait-kaitkan dengan kasus korupsi e-KTP. Dalam konflik perkara proyek PT Semen Indonesia di Rembang misalnya, menurut Marsiswo, Ganjar juga dinilai kurang berpihak pada masyarakat. “Jadi memang banyak celahnya beliau itu,” kata Marsiswo.
Setelah dikerucutkan, akhirnya pilihan jatuh pada Puan. Marsiswo menilai Puan tidak memiliki kasus yang dapat dipakai sebagai kampanye hitam oleh lawan-lawan politiknya. Selama menjabat Ketua DPR, kata Marsiswo, prestasi Puan juga cukup baik. “Akhirnya kami sepakat menjadikan Mbak Puan sebagai tokoh capres 2024,” kata dia.
Setelah ada kesepakatan itu, tutur Marsiswo, tiap-tiap daerah membentuk kepengurusan bernama Gema Puan Maharani Nusantara (GPMN). Jawa Timur sendiri mendeklarasikan kepengurusan pada Oktober 2020 di sebuah kafe di kawasan Karang Menjangan Surabaya. “Kami telah membentuk kepengurusan di 38 kabupaten/ kota, bahkan sampai kecamatan,” kata Marasiswo.
Marsiswo menglaim GPMN murni gerakan relawan. Menurutnya tidak ada pengusaha atau politikus yang mendanai gerakan ini. Marsiswo sendiri mengaku hati-hati terhadap masalah pendanaan karena ia khawatir justru akan menjerumuskan GPMN ke arah yang kontraproduktif. Padahal, tujuan gerakan ini untuk mengangkat citra Puan. “Kan tidak bagus kalau citra Mbak Puan Maharani malah jatuh gara-gara kami main uang misalnya,” kata Marsiswo. []