GELORA.CO - Dalam beberapa tahun terakhir, mencuat isu-isu mengenai bahaya radikalisme. Bahkan, tak jarang radikalisme dikait-kaitkan dengan aksi terorisme.
Belakangan, lantaran merasa radikalisme di Indonesia sudah semakin menjadi-jadi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo mengusulkan agar aparatur sipil negara (ASN) membaca teks Pancasila dan menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' setiap hari.
Menurut Tjahjo, dua hal itu diterapkan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme bagi ASN.
Menanggapi usulan Tjahjo, pengamat politik Rocky Gerung tidak bisa menahan tawa. Menurutnya, usul Tjahjo tersebut terlalu berlebihan. Apalagi, dibanding soal-soal radikalisme, menurut Rocky rakyat lebih memikirkan soal keadilan sosial.
Rocky kembali menyinggung soal penanganan COVID-19, terkait kurangnya jumlah ranjang bagi pasien.
"Nasionalisme itu mestinya diukur berdasarkan kemampuan pemerintah menyiapkan ranjang di rumah sakit. Itu baru nasionalis. Sebelum berpikir penguatan dinasti sebaiknya kita pikirkan penguatan kesehatan masyarakat," kata Rocky kepada jurnalis Hersubeno Arief, seperti disimak Indozone pada kanal YouTube-nya, Kamis (17/6/2021).
Rocky menilai, apa yang diusulkan Tjahjo yan notabene kader PDIP, menunjukkan bahwa PDIP sedang berupaya menjadi partai politik tunggal di Indonesia.
"Ini aksi rangkap: mencari justifikasi sekaligus mengeksekusi. Ini artinya tanda-tanda partai tunggal. Partai tunggal itu mau menjustifikasi bahwa hanya dia yang benar, sekaligus mengeksekusi yang lain adalah musuh. Kalau disurvei, apakah PDIP mau jadi partai tunggal? Kelihatannya begitu," kata Rocky.
Membacakan teks Pancasila dan menyanyikan 'Indonesia Raya', menurut Rocky, hanya ada di militer.
"Itu doktrin di dalam ketentaraan supaya siap siaga setiap saat. Kalau ASN disuruh begituan, sekalian aja ASN itu dijadikan bagian dari militer," katanya. (*)