GELORA.CO - Kelompok relawan Sekretariat Nasional Joko Widodo (Seknas Jokowi) 2024 menyakini bergabungnya Joko Widodo dan Prabowo Subianto, akan menghadirkan satu paslon saja di pilpres 2024.
Sehingga, polarisasi akan turun. Pasalnya, kelompok cebong dan kampret pada Pilpres 2019 akan hilang karena sudah gabung.
Dengan demikian, penasihat Jokpro 2024, M. Qodari percaya politik akan stabil, dan Indonesia menjadi aman dan damai.
Pernyataan Qadari tersebut dibantah oleh olitisi PDI Perjuangan, Bambang "Beathor" Suryadi. Menurutnya, bergabungnya Prabowo ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi, tidak otomatis mengilangkan jargon kampret dan cebong.
Termasuk upaya menduetkan Jokowi dan Prabowo sebagai calon presiden dan wakil presiden 2024, diyakini tidak mengilangkan kampret dan cebong.
Menurut Beathor Suryadi, kekuatan barisan 212 yang menentukan kemana suara dukungan kampret setelah kecewa ditinggal Prabowo.
"Bagi kelompok 212, Prabowo sudah tenggelam di kolam cebong, dan punah," kata mantan Staf Kantor Staf Presiden (KSP) itu, Rabu (23/6).
Pemerhati politik dan kebangsaan, M. Rizal Fadillah tertarik menyikapi pandangan Qadari maupun Beathor.
Rizal Fadillah mengatakan, sebutan "kampret" bagi pendukung Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 tidak terlalu populer dan berfilosofi. Berbeda dengan "cebong" untuk pendukung Jokowi-Maruf.
"Berbeda dengan cebong, bukan saja memiliki filosofi, jelas Jokowi yang memelihara kodok di Kolam Istana, juga hingga kini tetap melekat dan melegenda bagi pendukung Jokowi. Karenanya, kampret akan dan telah hilang. Cebong abadi," ujar Rizal Fadillah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (24/6).
Terkait kelompok 212, lanjut Rizal Fadillah, kelompok ini adalah sebagai sebutan tidak resmi, bukanlah organisasi.
"Komunitas ini sangat cair yang diikat oleh kesamaan persepsi soal Ahok (Basuki T. Purnama) yang menistakan agama. Pendukung Prabowo-Sandi bukan semata komunitas 212, tapi banyak elemen," imbuhnya.
Dengan demikian, baik Qadari maupun Beathor yang mengaitkan Jokowi-Prabowo versi Jokpro 2024 dengan cebong dan kampret adalah salah besar.
"Disebut bersatu maupun tetap berpisah. Kategori yang dibuat tidak pas," kata Rizal Fadillah menegaskan. (RMOL)