GELORA.CO - Indonesia berdasarkan analisa lingkungan strategis memang tidak akan perang terbuka hingga 30 tahun ke depan. Namun demikian, bukan berarti Indonesia tidak butuh TNI.
Begitu tegas ahli pertahanan Andi Widjajanto saat berbincang dengan Direktur Eksekutif Nagari Institute, Akbar Faizal dalam akun YouTube, Akbar Faizal Uncensored berjudul "Ternyata Anggaran Alutsista Butuh Hingga 3,47 Kuadriliun Bukan Cuma 1.760 Triliun” pada 3 Juni lalu.
Pendekatan yang harus dilakukan saat ini adalah capability base. Artinya, apapun keadaannya, angkatan militer harus punya peralatan yang mumpuni. Kemampuan dasar diperlukan jika Indonesia ingin membangun pertahanan yang normal.
Andi yang terlibat dalam penyusunan Kekuatan Pertahanan Minimal (KPM) 2024 di tahun 2005 lalu menjelaskan bahwa anggaran Rp 1,7 kuadriliun yang beredar sebenarnya masih terbilang rendah.
Dia lantas membandingkan dengan KPM 2024, di mana pada saat itu estimasi untuk membeli senjata saja mencapai 88 miliar dolar AS.
Sementara dalam Raperpres yang konon menghabiskan anggaran Rp 1,7 kuadriliun hingga 2044, pembelian senjata hanya berkisar 79 miliar dolar AS.
“Ini sama saja di tahun 2005-2006 (KPM 2024) punya Toyota Innova, mestinya naik ke Fortuner, ternyata Avanza,” tuturnya.
Namun hal itu bisa dimaklumi lantaran kondisi ekonomi makro memang tidak sebaik yang diperkirakan. Jika dipaksakan, maka angka anggaran akan membengkak tajam hingga 4,5 kali lipat.
Dari sebesar Rp 150 triliun per tahun menjadi Rp 650 triliun.
“Tapi mumpung nggak ada perang, nggak apa lah segitu dulu. Kalau tiba-tiba ekonomi membaik baru bisa kita masukkan ke revisi renstra,” urai mantan Seskab itu.
Menyoal anggaran untuk pertahanan, Andi Widjajanto sendiri telah membuat 3 model yang dibuat bersama dengan ekonom UI, ahli senjata nuklir, dan seorang ekonomi pertahanan.
Model pertama disebutkan bahwa postur anggaran 2045 sebesar Rp 2,54 kuadriliun hingga Rp 3,47 kuadriliun. Sementara model kedua, proyeksi belanja modernisasi alutsista Rp 1,1 kuadriliun, dan model 3 proyeksi pertumbuhan ekonomi Rp 1,7 kuadriliun.
“Model 2 dan 3 sama saja. Kalau model 1 itu proyeksi,” terangnya.
Proyeksi yang dimaksud adalah Andi Widjajanto menghitung 9 sistem utama yang harus dimiliki oleh Indonesia. Sistem-sistem tersebut perlu dibeli dalam rangka membentuk angkatan bersenjata yang normal.
“Ini 9 sistem utama yang AL, AU, AD, harus punya kalau mau membentuk angkatan bersenjata yang normal,” tutupnya.(RMOL)