GELORA.CO - Pengguna Twitter ramai-ramai menuliskan 'Bismillah komisaris' diikuti nama BUMN yang diinginkan sembari memuji-muji pemerintah.
Ungkapan ini merupakan bentuk sindiran atas fenomena pendukung Jokowi yang mendapat kursi komisaris.
Politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno menilai sindiran seperti 'Bismillah komisaris' hal biasa dalam politik. Menurutnya, hal tersebut tak perlu ditanggapi berlebihan.
"Dalam politik, olok-olok, sindiran, pasemon, geguyon dan penggunaan diksi bersayap, hal yang biasa, dan tidak perlu menarik energi kita untuk menanggapinya secara berlebihan. Kita tangkap arah dan substansinya saja, untuk ditindaklanjuti bila dipandang konstruktif dan korektif," kata Hendrawan saat dihubungi, Sabtu (6/5/2021).
Dia menilai penempatan komisaris harus didasarkan oleh pertimbangan yang matang. Namun, faktor relasi juga penting guna mengurangi ketidakpastian saat mengangkat seseorang menduduki sebuah posisi jabatan.
"Penempatan komisaris harus didasarkan atas pertimbangan yang matang. Faktor rekam jejak kompetensi dan kesesuaian dengan korporasi yang menjadi penugasan, tetap jadi pertimbangan penting. Faktor relasi penting, tapi bukan satu-satunya. Relasi penting karena mengurangi ketidakpastian ketimbang mengangkat orang yang tidak dikenal atau diketahui sebelumnya," ungkapnya.
Bismillah Komisaris
Sebelumnya, muncul fenomena di media sosial, khususnya Twitter, yakni netizen ramai-ramai berdoa untuk menjadi komisaris badan usaha milik negara (BUMN). Narasi yang dilontarkan pada umumnya berbunyi 'bismillah komisaris' sambil menyebut perusahaan pelat merah yang diinginkan.
Gerakan tersebut mencuat di Twitter setelah Abdi Negara Nurdin atau Abdee Slank ditunjuk sebagai Komisaris PT Telkom Indonesia (Persero). Abdee Slank diketahui merupakan pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Netizen tampaknya ingin menyindir pemerintah dengan memuji-muji kinerja pemerintah, lalu berdoa agar diangkat menjadi komisaris juga.(dtk)