Naiknya Pajak Garam yang jadi Pemicu Gerakan Revolusi

Naiknya Pajak Garam yang jadi Pemicu Gerakan Revolusi

Gelora News
facebook twitter whatsapp


TINGGINYA nilai garam tak jarang membuat garam dijadikan alat politik. Ketika para pemimpin membutuhkan dukungan publik, mereka menyubsidi harga garam. Supaya rakyatnya senang dan mendukung pemerintah. Sebaliknya, apabila pemerintah membutuhkan dana, mereka menaikkan pajak garam.

Seperti halnya di peradaban Tiongkok Kuno yang dipercaya mengenakan pajak garam pertama, di Perancis pun demikian. Ketika Perancis mengalami krisis keuangan pada abad 18, raja Louis XVI memberlakukan pajak yang tinggi ke komoditi garam (disebut gabelle). Masalahnya pajak garam tersebut tidak diberlakukan secara adil. Bangsawan kena pajak rendah, rakyat biasa kena pajak tinggi.

Gaya hidup raja dan para bangsawan Perancis yang mewah membuat krisis keuangan di Perancis semakin menjadi-jadi. Rakyat biasa pun makin sengsara dan kelaparan. Singkat cerita, rakyat Perancis yang muak dengan kelakuan para bangsawan memutuskan melakukan pemberontakan kepada kaum bangsawan pada 14 Juli 1789 yang kini lebih dikenal dengan Revolusi Perancis.

Di India juga agak mirip ceritanya, dengan Undang-Undang Garam India tahun 1882, pemerintah kolonial Inggris, yang saat itu menjajah India, dapat membangun monopoli garam, yang otomatis mematikan ekonomi garam lokal. Akibatnya, garam dikenai pajak tinggi sehingga sebagian besar warga tidak mampu lagi membelinya.

Untuk memprotes peraturan tersebut, Mahatma Gandhi melakukan sebuah gerakan berjalan kaki sepanjang 240 mil ke pesisir laut Kota Dandi untuk melakukan aksi boikot. Jarak itu kira-kira sama dengan jalan kaki dari Jakarta ke Semarang! Gilanya lagi, aksi gerak jalan ini diikuti oleh puluhan ribu orang pendukungnya, kota demi kota dilaluinya, ribuan orang menyalaminya untuk memberikan dukungan. Sampai dia tiba di pesisir pantai, lalu memungut garam dari pasir (yang dianggap sebagai tindakan ilegal) sebagai bentuk protes terhadap pemungutan pajak garam.

Tindakan sederhana Gandhi itu memicu tindakan lain, ratusan ribu orang mulai memanen garam, dan mendistribusikan sebagai komoditas mandiri di luar pemerintah Inggris. Aksi boikot produksi garam itu membuat pabrik garam dan perdagangan Inggris kacau balau. Dalam tahun itu, Inggris memenjarakan lebih dari 100.000 orang India karena protes damai. Jutaan orang di seluruh dunia mulai mendesak Inggris untuk meninggalkan India dan memberikan kemerdekaan untuk India.

Source: garam.co.id
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita