GELORA.CO - Komika dan aktor Arie Kriting meminta maaf secara publik atas kehebohan terkait penunjukkan Nagita Slavina sebagai ikon PON XV Papua.
Dia memastikan selama ini tidak ada maksud menyerang Nagita Salvina dan Raffi Ahmad secara pribadi. Melainkan kritikannya kepada panitia PON yang tidak memberikan ruang ke perempuan Papua menjadi ikon di event yang diselenggarakan di tanah Papua.
“Yang menyebut Kak Raffi dan Kak Nagita sebagai Duta PON XV Papua adalah media arus utama. Dan fokus kami bukan itu. Aspirasi kami mengenai representasi. Mohon maaf Kakak Raffi jika ada yang kurang berkenan. Kami hanya berharap panitia pelaksana bisa lebih bijaksana,” tulisnya di Insta Story-nya, Jumat (4/6/2021).
Arie yakin Raffi dan Nagita akan tetap mempromosikan PON XV meski tidak sebagai ikon sekalipun.
“Saya yakin Kak Raffi orang baik tanpa embel-emberl duta atau ikon. Saya yakin Kak Raffi tetap akan bantu sosialisasi PON XV Papua. Mohon maaf sekali lagi bila ada yang kurang berkenan. Salam persatuan,” jelasnya.
Arie menegaskan sejak awal persoalan ini muncul, dia hanya fokus tentang keterwakilan perempuan Papua, dan tidak ada masalah dengan Raffi juga Nagita.
Dan, permintaan maaf dilakukannya demi mengantisipasi ada hati yang tersinggung.
“Karena sejak awal tidak ada maksud untuk mendiskreditkan Kak Raffi dan Kak Nagita. Tapi siapa tahu ada hal yang menyinggung, lebih baik minta maaf di awal,” ungkapnya.
Suami aktris Indrah Permatasari ini mengurai bahwa PON, memang Pekan Olahraga Nasional event Nasional. Tapi lanjutnya, harus dipahami bahwa tuan rumahnya adalah Papua.
“Tuan Rumah, berarti yang datang adalah tamu. Asian Games juga event semua negara Asia. Tapi ketika Indonesia yang menjadi tuan rumah, maka negara lain yang datang menjadi tamu,” sebutnya.
“Kan tidak mungkin pas Asian Games kemarin kita tunjuk artis dari Jepang, Korea Utara atau artis dari Bangladesh sebagai ikon,” lanjutnya.
Arie juga mengatakan mendukung terlaksananya PON XX Papua 2021. Tapi dia akan tetap bersuara hingga keterwakilan perempuan Papua tercapai.
“Dan sampai salah satu di antara perempuan Papua ini, atau siapa pun selain mereka diberi tempat untuk menjadi representasi budaya mereka mendampingi Kaka Boaz, maka kami akan tetap menyuarakan aspirasi ini. Hormat. Banggakan keragaman Indonesia,” pungkasnya.[psid]