GELORA.CO - Presiden ke-5 RI, Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri alias Megawati Soekarnoputri diberi gelar Profesor Kehormatan (guru besar tidak tetap) Ilmu Pertahanan Bidang Kepemimpinan Strategik oleh Universitas Pertahanan (Unhan) RI.
Yang menjadi sorotan publik, dalam jurnal akademik yang menjadi dasar pertimbangan pemberian gelar tersebut, Megawati menulis tentang dirinya sendiri dan dinilai memuji kinerja dirinya sendiri saat menjadi presiden.
Jurnal akademik berjudul 'Kepemimpinan Presiden Megawati Pada Era Krisis Multidimensi, 2001-2004' itu ditulis dengan nama lengkap Megawati, 'Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri'.
Pemangat politik Rocky Gerung sampai terpingkal-pingkal melihat jurnal yang ditulis Mega.
"Agak aneh seseorang mengucapkan (menulis) otobiografinya sendiri. Biasanya itu ditulis orang. Atau dia menulis buku sebagai refleksi, bukan sebagai pidato (karya ilmiah)," kata Rocky.
Sambil mencoba meredakan tawanya, Rocky bilang, karya ilmiah Megawati tersebut akan membuat bingung Rektor Unhan saat akan memaparkan sinopsisnya dalam acara pengukuhan gelar kehormatan tersebut esok, Jumat (11/6/2021).
"Nantinya rektornya akan bikin sinopsis, bahwa yang akan diperlihatkan oleh Bu Mega adalah dirinya sendiri. Kan repot. Lain kalau Bu Mega menerangkan keadaan strategi," kata Rocky.
Menurut Rocky, seseorang yang mendapat gelar 'Profesor Kehormatan', harus mengajar secara tetap di universitas yang memberinya gelar tersebut.
"Jadi, disebut 'Kehormatan', karena dia diminta mengajar sesuatu pada status guru besar. Jadi dia harus melampaui tahapan seperti guru besar biasa. Lain kalau doktor kehormatan, itu semacam penghargaan. Dalam kasus Ibu Mega pasti, Bu Mega diminta untuk jadi dosen tetap di Unhan, begitu logikanya. Kalau gak jadi dosen tetap di Unhan, ya berarti kehormatannya aja yang dipamerkan," ujarnya.
Dalam abstrak karya ilmiahnya, Megawati menulis, "Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang hubungan antara krisis multidimensi dan kepemimpinan presiden pada kurun waktu tahun 2001 hingga 2004."
Megawati menggunakan pendekatan studi kasus untuk menggali tacit knowledge dari pengambil keputusan tertinggi kala itu. Megawati menggunakan kerangka teori Byman dan Pollack (2001) sebagai pisau analisis dengan metode penelitian kualitatif.
Masih dalam abstraknya, Megawati menuliskan bahwa hasil temuan penelitian yang diperoleh antara lain di bawah kepemimpinannya, Indonesia berhasil mengatasi sebagian besar krisis multidimensi.
"Keberhasilan tersebut menjadi landasan yang kokoh bagi presiden selanjutnya untuk melanjutkan program pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia," tulisnya.
Karya ilimiah tersebut pun ramai dikomentari netizen.
"cara puji diri sendiri dengan cara 'ilmiah'," cuit akun @sociotalker di Twitter.
"Ini mungkin yang namanya metode telisik diri atau refleksi diri tapi versi ilmiah. Orang-orang biasanya menulis diari untuk ini, tapi Bu Mega bisa membuat riset ilmiah yang dipublikasi jurnal. Wadidaw!!! Mungkin ini yang disebut jenius. Bagaimanapun itu selamat ya Bu. Sudah jadi profesor," kata akun Aliurridha Al-Habsyi di Facebook.
Perlu diketahui, Megawati sendiri tak pernah lulus kuliah. Ia memang pernah menempuh kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung pada 1965, namun ia tak lulus karena gejolak politik masa itu.
Kemudian, tahun 1970, ia kuliah lagi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, namun lagi-lagi ia tidak tamat. []